Petikan
tweet dari Ali Akbar, membuatku segera beristighfar, faghfirli..
Kematian.
Satu kata yang seringkali membuat kita merinding dibuatnya. Jika
ditanya, siapkah menghadapi kematian? Mungkin kita akan menjawab,
saya belum siap, saya belum mempersiapkan , atau saya lalai mempersiapkan
kematian…
Ah,
kita selalu sibuk dengan urusan dunia, berlelah-lelah mengejar dunia, risau
dengan urusan dunia…
Mengapa
kita hanya sibuk dengan urusan dunia? Risau dengan dunia? Risau dengan rizki
kita? Bukankah Allah Swt telah menjamin rizki kita? Tak risaukah kita dengan
kehidupan akhirat kita? Mana persiapan kita untuk akhirat?
Faghfirli…
Ampuni Yaa Rabb…
Mengingat-Mu,
mengeja nama indah-Mu satu persatu…
Yang
Maha Menghimpun (Al Jamii’),Yang Maha Menghitung (Al Hasiib) ,
Yang Maha Penuntut Balas (Al Muntaqim…
Ya,
kelak kita akan dihimpun, dan kita pun akan segera dihisab, diminta
pertanggungjawaban oleh Allah!
“Pada
hari ketika lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap
apa yang dahulu mereka kerjakan.” (Q.S An-Nur [24]:24)
Sejenak,
kita berhenti mengejar dunia, merenungi ayat-ayat-Nya, mengingat
kematian..
“Setiap
yang bernyawa akan merasakan mati…” (Q.S Al Anbiyaa [21]:35)
“Dimanapun
kamu berada kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada dalam
dinding yang kokoh.” (Q.S An Nisaa [4]:78)
“…maka
apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan
walau sedikitpun.” (Q.S An Nahl [16]: 61)
Allah
Swt telah mengingatkan kita dalam firman-Nya:
“Mereka
hanya mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang
(kehidupan) akhirat adalah lalai. (Q.S Ar-ruum [30]:7)
“Tidaklah
kehidupan dunia ini melainkan kelengahan dan permainan. Dan sesungguhnya negeri
akhirat, dialah kehidupansesungguhnya, kalau mereka memiliki pengetahuan
pastilah mereka mengetahui.” (Q.S al-‘Ankabuut [29]: 64)
Mungkin
inilah yang sekarang terjadi, kita sibuk dengan dunia, memeras otak, menguras
energi, untuk mencari harta dunia, cinta dunia…
Sementara kita lalaikan akhirat, kehidupan yang sesungguhnya, tempat kembali
kita.
Padahal
sungguh, perbandingan kenikmatan dunia dengan akhirat sangat sangat jauh,
seperti setetes air dengan lautan…
Rasulullah
Saw bersabda, “Demi Allah, dunia ini dibandingkan akhirat ibarat
seseorang yang mencelupkan jarinya ke laut; air yang menetes di jarinya ketika
diangkat itulah nikmat dunia. (H.R Muslim).
Bahkan
ketika ditanya, mukmin manakah yang paling cerdas? Rasulullah Saw menjawab,
“Orang yang paling banyak mengingat mati, dan paling baik
persiapannya untuk kehidupan setelah mati. (H.R Ibnu Majah)
Suka
atau tidak suka, siap atau tidak siap, kematian pasti akan menjemput kita.
Segala harta benda, perhiasan dan kemewahan dunia yang selama ini begitu gigih
kita kejar, tak akan kita bawa. Yang menjadi bekal
kehidupan akhirat kita hanyalah amal shalih kita.
Sebelum
kematian menjemput, mari kita bersungguh-sungguh mempersiapkan bekal untuk
kehidupan setelah kematian. Karena hidup di dunia bukanlah untuk mencari dan
mengumpulkan harta, tetapi hidup di dunia adalah ujian, untuk diketahui siapa
yang terbaik amalnya. Semoga kita semua termasuk mukmin yang cerdas, yang kelak
menerima kitab catatan amal kita dari arah kanan. Robbannaa
atinaa fidun-nyaa hasanatan wa fil-aakhirati hasanatan wa qinaa ‘adzaaban-naar. Semangat
beramal shalih.
Wallahu’alam bishshawaab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar