Sabtu, 21 Desember 2013

Keturunan Ideal

Suatu malam, ketika Umar bin Khattab sedang meronda dan ingin mengetahui kondisi rakyatnya, ia mendengar seorang wanita berkata kepada putrinya. “Bangun dan bergegaslah ke (tempat) susu, campurkan air ke dalamnya.”

 
Mendengar hal itu, putrinya menjawab, “Ibu, tidakkah Ibu tahu ketetapan Amirul Mukminin?”
Ibunya berkata, “Bukan, itu bukan ketetapan Amirul Mukminin.”
Atas hal itu, putrinya berkata, “Justru itu perkara yang diserukannya. Ia mengimbau, janganlah mencampur susu dengan air.”

Namun sang ibu tetap ngotot. “Bergegaslah ke (tempat) susu, campurkan air ke dalamnya. Karena engkau berada di tempat yang tak dilihat Umar dan ia juga tidak menyerukannya.” 

Spontan putrinya menjawab, “Ibu, jika Umar tidak tahu, tapi Tuhan Umar tahu. Tidak, aku tidak mau taat pada-Nya hanya dalam keramaian saja, tetapi maksiat dalam kesendirian.”

Maka begitu tiba waktu pagi, Umar berkata kepada anaknya, Ashim. “Pergilah ke rumah itu karena di sana ada seorang gadis. Jika belum bersuami, nikahilah ia. Semoga Allah menganugerahimu keturunan yang diberkahi.” Setelah mengetahuinya statusnya, Ashim pun melamar gadis itu dan menikahinya.

 
Benar saja, setelah Ashim menikahi perempuan itu, ia dikaruniai seorang anak yang bernama Ummu Ashim (Laila). Setelah dewasa, anak itu dinikahi oleh Abdul Aziz bin Marwan. Dan, hasil dari pernikahan Abdul Aziz dan Ummu Ashim ini, lahirlah Umar bin Abdul Aziz, yang dikenal sebagai seorang pemimpin yang adil.

Dari kisah tersebut, kita melihat bagaimana Umar bin Khattab memilih calon menantunya. Bukan melirik keturunan, kedudukan, apalagi kekayaan, melainkan agamanya, sekalipun ia seorang yang miskin. Seperti pesan Nabi SAW, “Pilihlah perempuan yang mempunyai agama, niscaya engkau beruntung.” 

Umar sangat terkesan dengan kualitas keimanan gadis itu sehingga ia menjadikan anak itu sebagai pasangan untuk anaknya.

Apa yang dilakukan Umar ini merupakan langkah paling dini untuk meretas keturunan ideal dan generasi rabbani, yaitu memilih calon ibu yang salehah, paham akan hak Rabb-nya, hak suaminya, hak anak-anaknya, mengerti akan misinya dalam kehidupan.

Hari-hari belakangan ini, kita sering menyaksikan bagaimana pernikahan atau memilih calon menantu hanya dilandasi karena gengsi dan mengejar popularitas. Sementara kriteria agama diletakkan pada urutan terakhir, bahkan acap kali diabaikan.
 
Calon mertua amat bangga bila besannya memiliki sejumlah barang yang mewah dan perhiasan berlimpah kendati akhlak menantunya luput dari perhatiannya. Senada dengan orang tuanya, calon pengantin pun memiliki parameter yang sama.

Memang, kriteria harta, kecantikan, ketampanan, dan keturunan merupakan perkara yang dianjurkan oleh Rasulullah. Namun, jika mengabaikan pertimbangan agama, semua itu ibarat angka nol yang berjejer tiga, tak memiliki nilai sama sekali. Namun, begitu ditambah dengan angka satu, yakni kualitas agamanya, angka nol itu pun berubah menjadi seribu. Wallahu a’lam.

Oleh: Makmun Namawi

Lyrics: Story In my life-One Direction

Written in these walls are the stories that I can't explain
I leave my heart open but it stays right here empty for days

She told me in the morning she don't feel the same about us in her bones
It seems to me that when I die these words will be written on my stone

And I'll be gone gone tonight
The ground beneath my feet is open wide
The way that I been holdin' on too tight
With nothing in between
The story of my life I take her home
I drive all night to keep her warm and time
Is frozen (the story of, the story of)
The story of my life I give her hope
I spend her love until she's broke inside
The story of my life (the story of, the story of)

Written on these walls are the colors that I can't change
Leave my heart open but it stays right here in its cage

I know that in the morning
I'll see us in the light upon your ear
Although I am broken, my heart is untamed still

And I'll be gone gone tonight
The fire beneath my feet is burning bright
The way that I been holdin' on so tight
With nothing in between

The story of my life I take her home
I drive all night to keep her warm and time
Is frozen (the story of, the story of)
The story of my life I give her hope
I spend her love until she's broke inside
The story of my life (the story of, the story of)

And I been waiting for this time to come around
But baby running after you is like chasing the clouds

The story of my life I take her home
I drive all night to keep her warm and time
Is frozen

The story of my life I give her hope (give her hope)
I spend her love until she's broke inside (until she's broke inside)
The story of my life (the story of, the story of)
The story of my life
The story of my life (the story of, the story of)
The story of my life

Kamis, 12 Desember 2013

ini jalanku:#Golongan

Duh jadi mau ikutan komen buat isu-isu golongan ini di pemilihan raya dikampus-kampus. Masih pada bangun ga? :)
Oke,masih rame ya yang bangun. Bentar ya. Gw cukur jenggot dulu. Hehhe
Oke,habis cukur jenggot bukan u/ sembunyi dari identitas, tapi biar rapi aja. SunahRasul yang lain ttp dijaga B-)
Mulaidari mana sebenernya bingung, tapi banyak nih yang mau dicuap-cuapin. Hehe.Hastagnya #golongan aja ya!
Kalauliat @yasirmukhtaratau @andreassenjayabermasalah ga sama mereka kalo mereka tarbiyah? #nanya ajaa. #golongan
Ataukalau ngeliat @alldofjdi MWA, bermasalah ga kalau dia bukan tarbiyah? :)
PointGue: 1. Bodo amat dia dari golongan manapun, yang jelas, asal bisa memimpindengan baik, gw dukung. #golongan
Gwga percaya lah sama yang bilang "ga punya kepentingan". Punya niatbaik lakukan perubahan mah juga namanya "kepetingan" coi #golongan
Ok,kali ini agak serius. Gini tmn2, menurut saya yang awam ini ada banyak sudutpandang yang bisa kita liat daripada ngomongin #golongan
Kampusitu ya ada bermacam-macam golongan, dari dulu kayak gini. Setiap #golongan pasti yakin samayang mereka bawa adalah hal baik :)
Nah,ambil titik ekstrem deh buat #golongan yang selaluberkuasa. Mau ga mau akan berinteraksi sama orang banyak kan? Hehe :D
Misalambil satu contoh #golongan, kan visinya:kebaikan untuk semua. Bukan: kebaikan buat golongan. Jadi tantangan nih buatpenguasa :)
Kalaucuma buat kepentingan golongan, mending pulang aja, ga usah megang2 kekuasaan.Jgn mimpi lakukan kebaikan untuk semua :) #golongan
Itupoint kedua yang mau saya bilang, apapun #golongan nya, ya siap gasiap harus bisa memuaskan segala pihak, bukan cuma golongan ente,
Nah,kalo udah berkuasa, selain bisa memuaskan semua, ya juga harus lakukan kerja2yang keren. Zaman berubah, tuntutan meningkat #golongan
Jangansalah, #golongan yang sedangberkuasa pun selalu berbenah. Banyak org2 yang berpikiran maju di sana.Contohnya @yasirmukhtar:p
Masihbanyak lagi contoh lain yang ga bisa saya bilang satu per satu, saya bilangyasir karena doi tmn main saya. Dan kami satu #golongan :)
Merekajuga melakukan autokritik secara terus menerus untuk #golongan nya. Kenapa?Karena ya mau adanya perkembangan ke arah yg lebih baik
Apalagiuntuk #golongan yang pernahberkuasa lama dan kalah sekali saja, pasti mereka evaluasi besar-besaran untukmaju. Banyak perubahan :)
Inilahyang menurut saya membuat isu #glongan sudah tidak lakulagi, karena sudah banyak yang berpikiran maju, bahkan golongan yg diserang
Karenapertarungan ke depan adalah pertarungan ide, bukan pertarungan ente dari #golongan maneee. Hehehe
Kalautmn2 yang bukan dr #golongan sang penguasamasih angkat isu golongan, sy jamin susah menangnya. Apalagi kalau miskin idenya :)
Belajardari kalahnya sang penguasa di 2010. Walau isu #golongan digarap juga,juga dibarengi sama ide lain, khususnya pencitraan :))
Duuhmaaf ya semua omongan gw jadi serius tmn2. Maaf maaf, gerah sih liat2in #golongan ini. Ga maju majunanti :3
Gwseneng kalau sang penguasa punya lawan bagus, karena secara ga langsung kamidisini pin akan belajar u/ perbaiki #golongan ini :)
Semuapasti terluka saat gerakan mahasiswa nya dikoyak-koyak, apalagi untukkepentingan satu #golongan
Makanya,move on lah dari isu #golongan ini. Tujuangerakan mahasiswa bukan untuk mecah2in mahasiswa, tapi nyatuin semuanyaaa
Punkalo mau masih main #golongan, jadiin ini bumbubumbu (smpingan) aja. Kedepankan ide nya atau kerja nyata yang mau dibikin :)
Kira2itu aja dari Gue, yang penting gerakannya terjaga. Masih banyak yang bahas #golongan malam ini. Pamitdulu ya. *melipir.
Pesennyasama aja : tetap jaga gerakan mahasiswa. Gabung lah kalo udh beres pemira.Semua #golongan bisa saling bantu:)
Maafya tmn2 untuk kata2 yang salah, hehe. Maklum, saya pun masih belajar. Masihsenantiasa cupu dari dulu, heuheu, #malam

By @faldoMaldini
Presiden Mahasiswa Universitas Indonesia

Kamis, 14 November 2013

Ini kisahku: Senja

Di fase bernama senja

Maafkan aku yg blm mengerti
Kapan pahamku mampu jernih mencerna apa yg kau ucap.
Kelu.
Kau tau definisi nya??
Ya,,sebuah perasaan dimana organ tubuh bernama lidah tak dapat melakukan fungsinya dg 
benar. 

Di fase bernama senja
Tak masalah bagiku kau tak ingin menoleh..
Aku juga tau karena cahayaku terlalu redup
Bahkan jadi remang oleh angin yg bertiup... Tapi...

Difase bernama senja
Cobaan kita memang berbeda
aku pernah bilang...
Kita akan sangat kesulitan utk menjadi sahabat yg baik.. Tapi jangan khawatir Seperti apapun aku, kamu, kita... Percayalah... bahwa kita akan selalu berusaha memelukmu lewat doa 

Difase bernama senja terserah orang mau meracau apa...
Yg pasti kau ditunggu tanpa silau lagi Warnamu nyata Dan kami masih disini Menemanimu menjadi mega mega mega angkasa
Night

BY: Rantai Astroida



Kamis, 24 Oktober 2013

ini kisahku: #purpose

Allah memiliki berbagai macam hadiah yang siap diberikan kepada setiap hambaNnya yang selalu berdoa, memohon dan melakukan apa yg diminta olehNya
#purpose
Bahkan orang yang berada dipinggiran jalan sekalipun. Mereka juga diberikan hadiah dariNya. Bukan brrt hadiah itu hanya diberikan kpda org yg berada.
#purpose
Saya tidak yakin dengan perkataan seseorang yg mengatakan kalau orang sudah tidak memiliki sebuah tujuan untuk hidup atau diluar skenario
#purpose
Ketahuilah kawan, Allah sejatinya sudah menyiapkan setumpuk naskah kehidupan kita sejak kita kaloi pertama ditiupkan ruh saat kita didalam rahim kita. Dengan sederetn janji rejeki, jodoh dan kehidupan. Itu semua sudah dituliskan dalam naskah yang dibuat olehNya
#purpose
Dan sekarang kita malah menganggap apa yg kta lakukan adalh hasil usaha kita sendiri? Betapa fasik dan sombongnya dirimu kawan. Padahal Allah selama ini sudh membantu semua ikhtiar yang kamu lakukan
#purpose
Tapi kamu masih saja melalaikan dari segala perintahnya. Padahal Allah sudah memberikan apa yg kamu butuhkan dan juga keinginnan. Kesuksesan wirausaha, pemikiran yg luarbiasa, ilmu yg sangat luas, jabatan yg strategis dll
#purpose
Dan kamu masih saja melalaikannya kawan? Padahal Allah hanya ingin melihat kesungguhan dari ikhtiar dan tawakal kalian. Yang diminta Allah tidak muluk" kok. Hanya kamu tetap menjalankan apa yg firmankan olehNya (al-quran) dan melaksanakana apa yg disabdakan oleh Rasullah SAW (As-sunnah) apakah berat kawan?
#purpose
Selingin doa pada setiap langkah dan tujuan yang akan kamu buat kawan. Yakinlah kalau apa yang kamu dapatkan selama ini walaupun kecil itu tidak lepas dari yang namanya bantuan dariNya
#purpose
Tidak sulit bukan? Yuk kita kembali kejalanNya. Jalan yang diridhoiNya. Jalan yang amat menjanjikan. Jalan yg amat luarbiasa hambatannya, namun memiliki garis finish yg jika umpamakan seperti layaknya para pendaki gunung tertinggi didunia yg telah kerja keras untuksampai puncak
#purpose
Rasullah saja dalam dakwah islamnya membutuhkan waktu 23 tahun agar islam berjaya pada eranya. Konstantinopel membutuhkan 800 tahun (kalau tidak salah) untuk ditaklukan oleh Muhammad Al-fatih dll dari sebuah kisah dunia yang semuanya tidak lepas dari invisible hand
#purpose
So, masihkah kita sombong saudaraku?
Masihkan kita hanya meratapi sebuah tujuan kita yg gagal tercapai?
Sesungguhnya Allah tersenyum indah ketika kita mengalami sebuah kegagalan dan bermunajat kepadaNya. Sungguh Allah akan menuntunmu kepada sebuah cahaya keberhasilan yg haqiqi
#purpose

-MatahariUtara-

Selasa, 17 September 2013

ini kisahku: Futur

Pernahkah kita futur??pernahkah kita lalai, kawan??
pastinya kita selaku manusia sangat sering melakukan futur atau lalai. Baik itu disengaja maupun tidak. Yup, fitrah manusia banget. Hehhehehe. . :D
Ok, sekarang kita akan sedikit membahas terkait futur. Hmmmmmm... futur apa yaakkk?? :D
Kata futur dalam konteks ini menunjukkan menunjukkan makna diam setelah bersungguh-sungguh dan lemah atau melempem setelah keras.
Begitulah perubahan kondisi yang terjadi pada mereka anak-anak bangsa yang membuat banyak orang berharap akan tibanya angin segar, terutama bagi kalangan pemuda masa kini yang sedang mendekati jurang hedonisme.
Yang dari Semangat menjadi lemah, kencang menjadi lamban, kuat menjadi lembek, panas mejadi dingin, tajam menjadi tumpul. Itu semua adalah kondisi-kondisi perubahan yang akan membawa mereka kepada titik kefuturan. Akan tetapi kalau semenjak awal mula sesuatu itu sudah lemah dan tetap “konsisten” pada sifat tersebut sampai akhir hayat perjalanannya maka itu bukan sebuah sifat kefuturan melainkan “kaslan murakkab” yaitu kondisi dimana sifat kemalasan senantiasa dipelihara oleh si empunya.
Kondisi futur seperti ini sebenarnya memang sangat melekat dengan sifat kepemudaan kita. Seperti halnya sifat penuh semangat, jiwa yang bergelora, dan amarah yang meledak-ledak demikianlah halnya dengan sifat futur senantiasa meliuk-liuk bergelora pada jiwa kepemudaan kita.
Dalam hal ini memang banyak sekali indikasi-indikasi yang menjadikan para pemudanya futur. Apalagi dengan para aktifis dakwah kampus saat ini. Subhanallah, luar biasa banget deh gerakan dakwah kampus di setiap kampus.

Tapi, kita harus sadari juga akhi bro n ukhti sis.. manusia adalah ladangnya kefuturan. Tergantung bagaimana kita bisa mengsikapi kefuturan tersebut. Secara fitrah manusia berhak untuk melakukan kesalahan, namun wajib baginya untuk segera introspeksi dan melakukan hal yang positif.
Nah, kembali pada konteks dakwah kampus sekarang. Kita ketahui tiap kampus memiliki perwajahan dakwahnya masing-masing. Contohnya seperti kondisi kekinian dakwah di ITB. Yang namanya liqo di perkarangan taman di mesjid Salman itu bukan lagi hal yang tabu. Lain halnya dengan kampus lainnya yang masih kadang sembunyi-sembunyi. Yup, kultur tiap kampuslah yang membuatnya menjadi berbeda. Kultur wilayah barat yang lebih terbuka. Bahasanya mereka sudah masuk pada fase yastrib/Madinah. Sedangkan kampus-kampus wilayah tengah masih pada fase Mekkah. Semoga cahaya Illahi disetiap kampus tidak akan pernah redup walau angin kefuturan terus berhembus nyaman pada setiap ADK.

Nah, akhi broo n ukhti sis yang dirahmati oleh Allah SWT.
Pernah dengar kalau setiap lembaga dakwah kampus itu memiliki sarana untuk terus melanjutkan dakwahnya. Baik dalam tataran universitas, fakultas bahkan jurusan. Taruhlah rohis fakultasnya. Nah disinilah terkadang ADF merasa amat lalai dengan tupoksi mereka sebagai ADF. Mengapa?padahal sejauh ini yang namanya LDF sudah berjalan tetap pada track yang sudah disediakan? Yup, bener banget akhi broo, ukhti Sis.. sejauh ini memang LDF setiap univ sudah menjalankan tupoksinya sebagai lilin dakwah. Tapi, itu hanya pada konteks progja saja. Dan realisasi dakwahnya masih amat kering. Bak oase yang kering ditengah gurun pasir. Padahal sejatinya saudara-saudara kita sampai mati-matian untuk membawa obor dakwah pada setiap fakultas untuk menyinari setiap celah lini. Tapi, karena belaian birokrasi, tarik ulur pemegang kekuasaan, terlena dengan keindahan dunia luar dan sebagainya membuat setiap ADF menjadi futur.

Ada sebuah cerita seorang diving atau penyelam. Seorang penyelam dimandat oleh pemimpinnya untuk menyelam kedasar laut untuk mengambil mutiara-mutiara. Tanpa, pikir panjang sang penyelam mempersiapkan peralatan untuk menyelam dan peralatan untuk mengambil mutiara-mutiara didasar laut sana. Hari yang ditentukan  sudah tiba. Sang penyelam menaiki perahu yang membawanya ketempat yang sudah diberikan oleh pemimpinnya. Setelah sampai, menyelamlah sang penyelam itu. Saat menyelam sang penyelam takjub luar biasa melihat keindahan alam laut yang amat megah nan damai. Bener-bener indah deh pokoknya. Sang penyelam melihat berbagai bentuk karang yang indah, ikan-ikan yang berenang dengan eloknya. Pokoknya sang penyelam menikmati keindahan Sang Kholiq. Setelah lama menikmati keindahannya. Sang Penyelam teringat akan tugasnya untuk mengambil mutiara-mutiara didasar laut sana. Padahal hanya diberikan alokasi 4 jam untuk mencari mutiara-mutiara tersebut. Dan sang penyelam itu hanya memiliki sisa waktu 10 menit lagi. Berenanglah sang penyelam itu kedasar laut. Dan akhirnya sang penyelam itu mendapatkan mutiara-mutiara itu. Sang penyelam segera berenang kembali ke permukaan, namun disayangkan mutiara-mutiara yang sudah didapatkannya itu ternyata satu-persatu berjatuhan dan hanya satu mutiara saja yang didapat dari hasil menyelamnya selama 4 jam. Dengan wajah lesu sang penyelam itu kembali kepemimpinnya dan menyerahkan mutiara itu. Sang pemimpin tersebut marah besar karena kelalaian Sang penyelam itu dan memecatnya.

Ada ibrah yang bisa kita ambil dari cerita singkat ini. Dalam kehidupan ini kita ketahui amat sangat indah. Bahkan ada orang yang bilang syurga dunia. Padahal sejatinya itu semua hanya menjadikan kita menjadi terlena akan tugas kita sebagai individu pendakwah. Begitu juga halnya para ADF. Karena terlalu banyak melakukan aktifitas-aktifitas formalitas progja saja. Lupa akan tugasnya sebagai syiar islam di fakultasnya. Dianaloginya pada cerita diatas Sang pemimpin itu adalah Allah SWT, Sang penyelam itu individu tiap ADF, mutiara itu adalah individu yang akan didakwahi dan waktu itu adalah masa kita kuliah di kampus kita. Kita masuk dalam LDF itu sangat tulus sekali tugasnya. Namun, kita malah lalai dengan serangkaian kegiatan kampus, melihat dunia luar, sibuk dengan urusan pribadinya dan lain-lain. Padahal Allah telah mengutus kita pada setiap insan untuk selalu menyerukan agama Allah deiberbagai macam tempat. Namun, kita malah lalai dengan dunia yang fana’ ini. Dan akhirnya kita teringat saat-saat akhir kuliah kita. Taruhlah semester 7 atau 8. dan posisinya kita belum bisa memberikan kontribusi banyak untuk dakwah di fakultas kita.



Nah, Akhi broo, Ukhti siss..
Saya kira semua tidak inginkan menjadi seonggok daging yang tidak bermanfaat. Padahal Allah berfirman dalam Al-quran ”sebaik-baiknya seseorang yaitu orang yang bermanfaat bagi orang lain” . Nah, lakukan lah apa yang kalian ingin lakukan jika itu positif. tapi jangan lupa juga amanah kita sebagai insan mulia yang diberikan amanah langsung, mandat langsung dari Allah SWT. Jangan futur atau lalai lagi yak Akhi broo, Ukhti Siss Okok .. :D

Assalammualaykum Wr Wb


-Matahari Utara-

Minggu, 15 September 2013

Usia Anda Hanya Satu Hari, Hari Ini adalah Hari Anda

bismillah..

Jika anda terbangun hari di pagi hari, maka janganlah lagi anda menanti sore segera menjelang. Hari ini Anda akan hidup, hanya hari ini. Tidak ada hari kemarin yang telah pergi bersama suka dukanya. Tidak ada hari esok yang sampai saat ini belum kunjung datang. Matahari hari inilah yang kini menaungi anda. Hari ini adalah hari anda , HANYA HARI INI. Usia anda hanya satu hari ini. Tumbuhkan semangat hidup dalam jiwa anda hanya untuk hari ini. Berfikirlah bahwa Anda lahir hari ini dan mati hari ini.

Dengan jalan seperti itu, hidup Anda tidak akan gagap untuk meraba antara kecemasan, kesedihan, dan duka masa lalu dengan khayalan masa depan, lengkap dengan potret suramnya yang mengerikan serta segudang problematika hidup yang siap menerkam anda.
Untuk satu hari ini saja, curahkan konsentrasi , perhatian, prestasi terbaik , kerja keras dan kesungguhan anda. Hanya untuk hari ini saja anda harus siap melaksanakan shalat dengan khusyu, bacaan Al Qur’an, zikir dengan penuh kehadiran hati, (Aidh Al Qarni)

Senin, 02 September 2013

fragmen; menyambut takdir merah jambu (tholabul 'ilmy #2)

A: Ga ngerti soal begituan. Aku masih kelewat polos kalau bahasan dewasa begitu 
B: Kamu angkatan 200x kan? Sudah masuk usia paham soal fiqih nikah loh itu. 
A: Lagi ga terlalu memikirkan fiqih nikah dulu. 
B: Ga memikirkan bukan berarti ga mau belajar. 
A: Soalnya belum kepikiran sampai ke sana juga sekarang. Padahal sudah banyak yang nawarin proposal gitu. Cuman aku bilang, belum waktunya. 
B: Belajar fiqih nikah ga harus nunggu kalau sudah mau nikah kok. Temenku, nikah umur 23 tahun tapi belajar fiqih nikah sejak umur 18 tahun. Itu aja terhitung telat banget. Cabangnya fiqih nikah banyak, belajar ilmu parenting salah satunya, nah ilmu parenting ini yang ga gampang.  
A: Nah itu dia, nunggu dikasih hidayah Allaah deh. 
B: Semangat yak! Ya anggaplah sekarang amanah di organisasi jadi salah satu sarana untuk menguatkan karakter jadi orang tuanya.

Sepenggel obrolan saya pagi tadi dengan seorang teman sangat menarik untuk dibahas. Saya jadi ingin share soal "pendidikan pra nikah". Sensitif banget ya? Itu buat orang yang sensian saja sih sebenernya. Untuk yang sadar akan kebutuhannya, bahwa suatu hari dia akan menikah tentunya bakal masuk gigi 4 kecepatan penuh semangatnya untuk menimba ilmu; tentang bagaimana menciptakan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah penuh berkah dari Allaah.

Kenapa ilmu seputar pernikahan harus dipersiapkan jauh-jauh hari? Kita hitung saja usia manusia rata-rata mengikuti usia Rasululullaah SAW. Rasulullaah SAW menikah pada usia 25 tahun dan wafat pada usia 63 tahun. Itu artinya selama kurang lebih 38 tahun usianya beliau habiskan untuk membangun rumah tangga. 25 tahun beliau hidup sendiri dan 38 tahun beliau hidup dengan keluarga yang dibangunnya. Menikah bukan soal main-main, maka benar jika dikatakan menikah adalah penggenapan setengah dien. Ada banyak kekuatan do'a yang insyaaAllaah akan lebih mudah untuk terijabahi dengan sempurnanya dien kita. Salah membangun rumah tangga, maka menyesalnya tidak hanya di dunia saja tapi juga akan sampai di akhirat. Allaahu a'laam bishohwaab #kayak udah pernah nikah aja ini ngomongnya :D

Mbak Asma Nadia pernah berkata, "Jangan menikah hanya karena jatuh cinta. Karena rasa jatuh cinta akan menghilangkan semua-mua yang seharusnya dipersiapkan untuk bekalnya."

Di sebuah Kajian Majelis Jejak Nabi yang diselipin materi pra nikah, Ustadz Salim A. Fillaah berpesan, "Jatuh cinta jangan sampai menjadikan kita lupa pada 5 persiapan untuk mempertanggung jawabkan perasaan kita. 5 persiapan yang bukan hanya dipersiapkan ketika menjelang masa pernikahan tetapi juga sepanjang hidup kita."

1. RUHIYAH
Jika menikah adalah menyempurnakan setengah agama, maka mari kita lihat pada diri kita bagaimana kini kita menjalankan yang setengah sekarang ini. Apakah sudah setengah kurvanya? Jika belum bagaimana bisa siap menanggung yang setengahnya lagi. Think. Ini jangan dijadikan kekhawatiran untuk lantas takut memulai maju ke jenjang yang lebih tinggi. Jadikan ini sebagai motivasi untuk menjaga keistiqomahan mendapatkan yang terbaik di yaumil akhir nanti. Allaah pengeksekusi terbaik kapan waktu yang tepat. 

Saya jadi teringat di kelompok melingkar pekanan kami pernah membahas soal surat An Nuur ayat 24,"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)."

Atas ayat itu tidak jarang ada yang berkaca diri kemudian risau, bahkan pernah ada teman saya yang berkata seperti ini kepada saya, "Aku dikasih jodoh apapun sama Allaah terima saja, sudah syukur banget aku kalau dikasih jodoh. Aku orangnya masih sembarangan kayak gini, ibadah saja ga beres, masih sering melakukan perbuatan yang pasti tidak disenangi Allaah. Dikasih jodoh pelacur sekalipun aku ga apa-apa." 

Allaah..

Jangan berprasangka buruk dulu atas masa depan yang belum pasti. Serius, Allaah itu Maha Baik-nya luar biasa. Pahami ayat tadi dengan hati; .salahnya, kita - manusia sering kali berorientasi pada hasil, bukan pada prosesnya. Maka ketika kita mendapatkan seseorang yang agama, akhlak, kepandaian, nasab, fisiknya baik jangan lantas merasa sudah cukup dengan itu. Merasa diri wah aku laki-laki/ perempuan yang keji nih, pasti Allaah ngasih jodoh yang keji juga. Yang baik dengan baik belum tentu bisa mengakhiri pernikahan dengan khusnul khotimah, yang buruk dengan buruk bisa jadi mendapatkan khusnul khotimah di yaumil akhir. Karena menikah adalah proses belajar sepanjang hayat. 

Ibarat pesan untuk orang yang baru menikah, "Selamat mengarungi bahtera rumah tangga." Ya, perjalanannya baru akan dimulai, menikah bukan perhentian terakhir tapi justru kapalnya baru mau berangkat. Selamat atau tidak tergantung nahkoda dan navigatornya. Ganbatteeeee! Hosh! Selamat sampai tujuan ya! #dadah dadah ke yang baru nikah :D

2. TSAQOFIYAH
Belajar salah satu contohnya lewat membaca-baca buku tentang ta'aaruf, pernikahan, mendidik anak, dan sebagainya, seharusnya bukan sesuatu hal yang tabu. Meski mungkin kerap di cie-cie, di ehm-ehm, digoda; just stay cool Mas, Mbak. Secara, ketika sudah menjalananinya nanti kita belum tentu akan ada waktu untuk belajar lagi. Bahkan kalau pesan Ustadz Salim, harusnya membaca buku seputar pendidikan pra nikah itu sejak kelas 1 SMP, wew! 

Ayah saya bahkan sejak saya masuk kuliah sudah membekali saya dengan buku pendidikan pra nikah. Kata beliau, "Sudah waktunya kamu untuk belajar soal nikah, ayah ga ridho, ga mau punya anak yang menjalin hubungan pacaran apalah namanya". Waktu itu sambil cengengesan saya godain beliau, "Cieeeee ayah sudah pingin punya menantu sama cucu ya!" #anakusil :D

3. JASADIYAH
Siapa yang pingin punya banyak anak? Saya pernah diceritain tentang seorang nenek berusia 62 tahun yang pada tahun 2005 beliau pensiun setelah 40 tahun mengajar. Beliau memiliki 19 anak; 16 anak kandung dan 3 anak angkat (anak yatim). 15 anak pertama lahir 15 tahun berturut-turut, anak ke 16 lahir 5 tahun sesudah anak ke 15. Tidak ada anak yang kelaparan. Beliau mulai belajar mengajar sejak usia 12 atau 14 tahun. Menikah pada usia 18 tahun. Dan ketika ada program KB beliau tidak mau ikut #well okay #elus-elus perut.

Salah satu persiapan penting untuk menikah adalah persiapan jasadiyah. Kalau mau punya banyak anak seperti ibu di atas, maka bersiap-siaplah wahai para calon ibu (Ini hanya dalam kasus anak ya, belum bicara tentang tugas-tugas rumah tangga sehari-hari. Biasa nyuci baju laundry? Makannya beli terus? Kosan dibersihkan sama tukang bersih-bersih? Kalau lagi mudik ke rumah, coba magang jadi IRT deh, take over seluruh pekerjaan ibu di rumah. Uwow banget pokoknya! Jempols!)

Para calon ayah juga nih, siap-siap bekerja dengan ikhlas, keras, dan cerdas untuk menafkahi istri dan putra putrinya kelak. Semoga senantiasa dimudahkan rezekinya dengan cara yang halal, semenjak dini dimudahkan untuk menjauhkan rezekinya dari segala hal berbau riba, agar menjadi berkah untuk generasinya. Aamiin wal iyyaa dzubillaah :)

4. MA'ALIYAH
Buat para ikhwan, bagaimana pun persiapan ma'aliyah itu penting. Ketenangan finansial kata lainnya. Bagaimana kalau nanti calon istrinya minta mahar mobil Alphard gress? Ahahay, ga sebegitunya juga sih ya :D

Pembahasan untuk poin ini sebenarnya sangat banyak. Tapi intinya, masalah finansial juga merupakan salah satu yang perlu dipersiapkan. Nah, untuk para calon ibu, mari latihan manajemen keuangan. Karena nantinya kita bakal jadi ibu-ibu DPR, Dewan Pinansial Rumah; seumur hidup mengarungi bahtera rumah tangga bukan sekedar untuk masa jabatan 5 tahunan. Kita akan sering dimintai proposal-proposal pengajuan dana dari anak-anak, bakal menyusun anggaran rumah tangga jangka panjang maupun pendek, bakal menjadi petugas brankas suami, seputar itu.

Karena kata Ustadz Salim, "Rumah tangga kadang bermasalah bukan karena tidak terampil mendapatkan uang, tapi karena tidak terampil dalam menghabiskan uang."(bold italic underline!)

5. IJTIMA'IYAH
Ini tentang bagaimana kita hidup bermasyarakat. Secara, kita tidak pernah tahu akan dijodohkan Allaah dengan orang mana. Maka, persiapan untuk terampil bergaul secara sosial menjadi sangat penting. Pun kalau kita jodohan sama tetangga sebelah rumah, pun setelah menikah tinggalnya hanya di sebelah rumah (bukan berarti di garasi/ kandang ya :D ); tetap saja ada banyak hal dalam masyarakat yang harus dipelajari, hal-hal yang menjadi berbeda antara sebelum dan setelah menikah.

Bagian yang lumayan berat; menikah adalah membuat basis bagi diri, pasangan, dan anak-anak. Agar dapat menjadi pondasi-pondasi masyarakat yang kuat. Nah, karena tak semua keluarga memiliki kesadaran untuk membangun pondasi yang kokoh, maka bagi yang sudah sadar memiliki tanggung jawab untuk menyadarkan yang belum. Saya melihat ini pada beberapa rumah tangga sukses para da'i-da'iyah di sekitar saya. Mereka yang telah "beres" dengan rumah tangganya, Allaah lanjut menguji dengan membebani mereka masalah-masalah rumah tangga orang lain yang membuat mereka ikut andil untuk menyelesaikannya, jadi tempat curhat sana sini.

Itu 5 hal yang harus disiapkan. Masih dari Ustadz Salim lagi, kriteria seseorang siap menikah bukan karena ekspektasi tapi obsesi. Ekspektasi artinya menginginkan pasangan dan kehidupan ideal pasca menikah, sebagai contoh (ambil diri sendiri saja): saya ingin sekali menikah dengan Maher Zain (soalnya beliau suaranya keren, seneng punya suami suaranya keren, ngelatih perkembangan otak anak cukup didengerin aja suara ayahnya yang lagi tilawah. Ganteng pula. Ya Allaah :') ) #bangun Dhian sudah Dhuhur, insap :D

Nah, maka dari itu jadikanlah menikah sebagai obsesi. Dimana tekad yang ada adalah menjadikan diri dan keluarga bersama-sama menjadi lebih baik, lebih bermanfaat, lebih shalih, berjaya dunia dan akhirat :')

Ada sebuah pesan keren dari Ustadz Salim, "QS. Ar Ruum ayat 21 dan An Nuur ayat 26 menyiratkan konsep kesejiwaan dalam hal jodoh. Dan kesejiwaan terjadi ketika ruh-ruh saling mengenal, dan mereka saling mengenal karena ikatan IMAN."

Dan juga pesan super dari sahabat saya, "Saat ini aku tidak terlalu mengharapkan pernikahan di dunia, yang sangat aku harapkan adalah pernikahan di syurga."

Ya, kematian sangat jauh lebih dekat dari apapun rencana kita. Selamat mempersiapkan diri menyambut segala takdir. Termasuk dia yang pasti, kematian.

020913
DHian Nurma Wijayanti
UNS-ForumIndonesiaMuda#14

Rabu, 14 Agustus 2013

Bersikap ‘Iffah’ – lah terhadap Syahwat Perut dan Kemaluan


syahwatBetapa banyaknya manusia yang tergelincir ke lembah kehinaan, akibat tidak dapat menjaga nafsu perut dan kemaluan. Mereka menjadi budak perut dan kemaluannya. Mereka dikatakan sebagai binatang ternak oleh al-Qur’an, karena hidupnya hanyalah mengikuti hawa nafsu yang bersumber dari perut dan kemaluannya.
Manusia yang sabar dan dapat menahan diri dari syahwat perut dan kemaluan disebut dengan iffah. Manusia yang memiliki iffah, dan sabar atas segala bentuk syahwat, terutama yang berasal dari syahwat perut dan kemaluan akan menjadi manusia yang memiliki iffah yang tinggi, sehingga Allah akan selalu menjaganya, dan diselamatkan dari segala kehinaan di dunia dan akhirat.
Manusia yang sudah menjadi budak syahwat perut dan kemaluan itu, dia akan kehilangan rasa malunya, dan tidak lagi sensitif terhadap perbuatannya, serta membiarkan dirinya bergelimangan dengan dosa. Rasa iffah menjadi sirna dan pupus, tak ada lagi yang tersisa dalam dirinya. Kebaikan yang tersisa di dalam dirinya punah seketika, dan selalu bangga dengan dosa dan kedurhakaannya yang dilakukannya terhadap Allah Azza Wa Jalla. Semuanya itu merupakan buah dari sifatnya yang sudah dikendalikan oleh syahwat perut dan kemaluan.
Manusia yang sudah dikendalikan hawa nafsunya akan selalu berkeluh kesah, yaitu dengan meperturutkan hawa hafsunya, dan terkadang dengan melepaskan amarahnya dengan suara yang tinggi. Ini repleksi dari amarah dan nafsu yang sudah tidak terkendeali lagi oleh orang-orang yang sudah dikendalikan hawa nafsunya. Terkadang berbuat melanggar batas-batas yang sudah ditentukan oleh Allah Ta’ala, dan berbuat dengan kianat, serta membabi buta, dan kehilangan kontrol atas dirinya.
Dalam kehidupan yang paling berat bagi manusia, terutama yang dibutuhkan kesabaran, saat manusia itu dalam kondisi kecukupan secara materi. Manusia yang tercukupi secara materi sangat berat mengendalikan hawa nafsunya. Karena yang sering terjadi ialah manusia yang tercukupi secara materi dengan sangat mudah ditundukan oleh syahwat perut dan kemaluan. Orang-orang yang secara materi kecukupan akan selalu terdorong melalukan perbuatan maksiat. Menjadi lupa diri. Banyaknya materi yang dimiliki itu, sering membuat orang menjadi tidak sabar. Kemudian terjungkal ke dalam perbuatan yang durhaka kepada Allah.
Kekayaan yang dimiliki digunakan untuk memenuhi syahwat perut dan kemaluan. Akal dan lamunan terus mengerogoti jiwanya yang kosong, dan menyebabkannya berangan-angan panjang, terutama untuk memenuhi syahwat perut dan kemaluannya. Karena itu, orang-orang yang tercukupi secara materi itu, berubah manjadi manusia yang sombong (al bathr), dan tidak mau lagi mengingat Allah, yang telah memberikan kenikmatan kepadanya berupa rezeki yang banyak. Tetapi, rezeki yang diterimanya itu, justru menciptakan bala’ (malapetak) dan musibah bagi dirinya dan kehidupan.
Orang-orang yang dapat sabar dengan segala bentukan kenikmatan dunia, serta harta dan aksesoris dunia disebut dengan zuhud. Artinya, dia tidak bergeser sedikitpun keimanan kepada Allah Azza wa Jalla, atas segala bentuk kenikmatan dunia, dan tidak dapat terpengaruh terhadap segala iming-iming kenikmatan dunia, dan memilih lebih menjaga dirinya dengan penuh waspada, sehingga dia memilih kehidupan akhirat, tanpa sedikitpun terpengaruh kehidupan dunia.
Kebanyakan akhlak keimanan masuk ke dalam sabar. Karena itu, ketika pada suatu hari Rasulullah shallahu alaihi wa sallam, ditanya tentang iman, beliau menjawab, “Iman adalah sabar”, sebab kesabaran merupapakan pelaksanaan keimanan yang paling banyak da paling penting. Sebagaimana Rasulullah shallahu alaihi wa sallam pernah bersabda, “Hajji adalah Arafah”.
Allah telah menghimpun semua bagian dalam bab sabar, yang merupakan pokok dalam keimanan. Dan yang paling penting lagi lagi bersikap iffah, dan tidak terperosok ke dalam perbuatan yagn menimbulkan akibat rusaknya iman.
وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاء والضَّرَّاء وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
“… Dan orang-orang yang sabar dalam musibah, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar imannya, dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (QS. al-Baqarah [2] : 177)
Musibah bukan hanya menghadapi bencana dan penderitaan dalam peperangan, tetapi musibah bisa terjadi dalam diri manusia, ketika manusia sudah diliputi kenikmatan dunia, dan kemudian dikendalikan oleh syahwat perut dan kemaluannya, dan manusia tidak dapat lagi mengendalikan dirinya diantara perut dan kemaluannya, maka manusia terjerumus ke dalam bentuk kehidupan binatang, dan tanpa akal serta malu. Wallahu’alam. (Ms/Red)

memahami makna Idul Fitri

Salah dalam memahami makna idul fitri

Oleh: Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat Hafizhahullaah
Pada setiap kali menjelang Idul Fithri seperti sekarang ini (Ramadhan 1412H) atau tepat pada hari rayanya, seringkali kita mendengar dari para Khatib (penceramah/muballigh) di mimbar menerangkan, bahwa Idul Fithri itu maknanya -menurut persangkaan mereka- ialah “Kembali kepada Fitrah”, Yakni : Kita kembali kepada fitrah kita semula (suci) disebabkan telah terhapusnya dosa-dosa kita.
Penjelasan mereka di atas, adalah batil baik ditinjau dari jurusan lughoh/bahasa ataupun Syara’/Agama. Kesalahan mana dapat kami maklumi -meskipun umat tertipu- karena memang para khatib tersebut (tidak semuanya) tidak punya bagian sama sekali dalam bahasan-bahasan ilmiyah. Oleh karena itu wajiblah bagi kami untuk menjelaskan yang haq dan yang haq itulah yang wajib dituruti Insya Allahu Ta’ala.
Kami berkata :
Pertama
“Adapun kesalahan mereka menurut lughoh/bahasa, ialah bahwa lafadz Fithru/ Ifthaar” artinya menurut bahasa : Berbuka (yakni berbuka puasa jika terkait dengan puasa). Jadi Idul Fithri artinya “Hari Raya berbuka Puasa”. Yakni kita kembali berbuka (tidak puasa lagi) setelah selama sebulan kita berpuasa. Sedangkan “Fitrah” tulisannya sebagai berikut [Fa-Tha-Ra-] dan [Ta marbuthoh] bukan [Fa-Tha-Ra]“.
Kedua
“Adapun kesalahan mereka menurut Syara’ telah datang hadits yang menerangkan bahwa “Idul Fithri” itu ialah “Hari Raya Kita Kembali Berbuka Puasa”.
“Artinya :Dari Abi Hurairah (ia berkata) : Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالْأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ
“Shaum/puasa itu ialah pada hari kamu berpuasa, dan (Idul) Fithri itu ialah pada hari kamu berbuka. Dan (Idul) Adlha (yakni hari raya menyembelih hewan-hewan kurban) itu ialah pada hari kamu menyembelih hewan”.
[Hadits Shahih. Dikeluarkan oleh Imam-imam : Tirmidzi No. 693, Abu Dawud No. 2324, Ibnu Majah No. 1660, Ad-Daruquthni 2/163-164 dan Baihaqy 4/252 dengan beberapa jalan dari Abi Hurarirah sebagaimana telah saya terangkan semua sanadnya di kitab saya "Riyadlul Jannah" No. 721. Dan lafadz ini dari riwayat Imam Tirmidzi]
Dan dalam salah satu lafadz Imam Daruquthni :
“Artinya : Puasa kamu ialah pada hari kamu (semuanya) berpuasa, dan (Idul) Fithri kamu ialah pada hari kamu (semuanya) berbuka”.
Dan dalam lafadz Imam Ibnu Majah :
“Artinya : (Idul) Fithri itu ialah pada hari kamu berbuka, dan (Idul) Adlha pada hari kamu menyembelih hewan”.
Dan dalam lafadz Imam Abu Dawud:
“Artinya : Dan (Idul) Fithri kamu itu ialah pada hari kamu (semuanya) berbuka, sedangkan (Idul) Adlha ialah pada hari kamu (semuanya) menyembelih hewan”.
Hadits di atas dengan beberapa lafadznya tegas-tegas menyatakan bahwa Idul Fithri ialah hari raya kita kembali berbuka puasa (tidak berpuasa lagi setelah selama sebulan berpuasa). Oleh karena itu disunatkan makan terlebih dahulu pada pagi harinya, sebelum kita pergi ke tanah lapang untuk mendirikan shalat I’ed. Supaya umat mengetahui bahwa Ramadhan telah selesai dan hari ini adalah hari kita berbuka bersama-sama. Itulah arti Idul Fithri artinya ! Demikian pemahaman dan keterangan ahli-ahli ilmu dan tidak ada khilaf diantara mereka.
Bukan artinya bukan “kembali kepada fithrah”, karena kalau demikian niscaya terjemahan hadits menjadi : “Al-Fithru/suci itu ialah pada hari kamu bersuci”. Tidak ada yang menterjemahkan dan memahami demikian kecuali orang-orang yang benar-benar jahil tentang dalil-dalil Sunnah dan lughoh/bahasa.
Adapun makna sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa puasa itu ialah pada hari kamu semuanya berpuasa, demikian juga Idul Fithri dan Adl-ha, maksudnya : Waktu puasa kamu, Idul Fithri dan Idul Adha bersama-sama kaum muslimin (berjama’ah), tidak sendiri-sendiri atau berkelompok-kelompok sehingga berpecah belah sesama kaum muslimin seperti kejadian pada tahun ini (1412H/1992M).
Imam Tirmidzi mengatakan -dalam menafsirkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas- sebagian ahli ilmu telah menafsirkan hadits ini yang maknanya :
“Artinya : Bahwa shaum/puasa dan (Idul) Fithri itu bersama jama’ah dan bersama-sama orang banyak”.
Semoga kaum muslimin kembali bersatu menjadi satu shaf yang kuat berjalan di atas manhaj dan aqidah Salafush Shalih. Amin!
[Disalin dari kitab Al-Masaa-il (Masalah-Masalah Agama)- Jilid ke satu, Penulis Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat, Terbitan Darul Qolam - Jakarta, Cetakan ke III Th 1423/2002M; dari almanhaj]
 
 
 
Wassalam,
 

Senin, 29 Juli 2013

sepenggal kisah saudaraku

Rehat sejenak membaca media..
Krisis kemanusiaan sedang melanda..
Dunia sedang beretorika jahiliyah saja..
Dulu Afghanistan, Suriah, dan Palestina..
Kini Mesir pun jadi saksi nyata..
Legitimasi sah dirampas paksa..
Aksi damai memakan ratusan korban jiwa..

Tangan2 kecil mengguncang saudaranya..
Saudara hilang sudah tak bernyawa..
Hilang oleh sniper bisu menembus kepala..
Timah panas tak urung menembus dada..
Gas air mata yang membakarpun begitu jua..
Dikendalikan oleh keserakahan kuffar yang membara..

Kelu lidah dan menetes jatuh air mata..
Hati bergejolak rintih tak kuasa..
Kemana hak asasi manusia?
Kemana keadilan yang didamba?
Kemana suara lantang pemimpin dunia?
Ada yang tertawa..
Ada yang kecut melepas suara..
Ada yang mengatakan itu urusan kalian saja..

Ingatkah kita, Mesir adalah negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia?
Ini bukan sebatas balas jasa pelengkap adab beretika..
Ini bukan sebatas harakah, negara, dan agama..
Ini bukan sebatas obrolan Mesir terdengar sayup di telinga..
Ini adalah urusan kemanusiaan di depan mata..
Apakah masih mau berpaling muka?
Apakah mata dan hati sudah tertutup rata?
Buka mata buka hati kita..
Ini adalah urusan kita, wahai manusia..

Untukmu pejuang kebenaran tercinta..
Di Rab'ah Adawiyah, An-Nahdhah, Al-ittihadiyah, Sinai, Alexandria, dan dimanapun engkau berada..
Kami yakin pertolongan Allah akan segera tiba..
Kami yakin Ramadhan ini akan berakhir taqwa..
Sungguh kami berlindung dari tipu daya dunia..
Sungguh kami berlindung dari panasnya neraka..
Berbahagialah kalian para perindu surga..
Mendapat kesudahan indah di dunia..
Mendapat kemenangan indah di akhir hayatnya..

‪#‎Mari‬ berdo'a untuk Mesir, Wahai Indonesia..
Copyright @AkbarShiddiq

Selasa, 23 Juli 2013

anak kader dan kader militan? (2)


|karena yang namanya buah jatuh itu tidak jauh dari pohonnya berada...|


setelah membaca sebuah artikel yang ditulis oleh saudari saya, Anak kader dan kader militan. Merinding ketika mendengar demikian. yah kita ketahui yang namanya anak kader pastinya adalah anak yang terlahir dari dua sosok manusia yang mengerti atau faham sebuah tarbiyah atau bisa disingkat dengan terlahir dari keluarga yang terkondisikan. hehehehe. pastinya keluarga yang terkondisikan selalu berusaha 

Mengkondisikan anaknya untuk bisa menjadi sosok manusia yang nantinya akan meneruskan reguloasi dakwah yang diajarkan sejak dini. dari yang namanya tilawah tiap hari bahkan 1 bulan sudah bisa khatam, puasa senin kamisnya lancar, daudnya juga mngkin terus jalan bahkan qiyamul lail dilakukan tiap hari dan ada juga yang menghafal al quran. itu dilakukan untuk bisa disiapkan agar bisa kelak akan menjadi seoang kader tarbiyah yang luarbiasa. ekstreamnya juga ada yang membaca buku terkait dunia tarbiayah dan melakoninya saat diusianya yang masih terbilang sangat muda. sapai dalam tataran teknis pun juga digeluti untuk isa dipersiapkan nanti. 

Yah begitulah sekilas terkait bagaimana sepak terjak persiapan dari seorang anak kader. yang katanya anak yang di istimewakan karena sudah memahami semua hal. yah, saya akui memang anak kader memang terbilang abnormal. mengapa?? karena apa yang dilakukannya sekarang, sudah pernah dilakukannya saat mungkin umurnya masih belia. dan anak kader mampu bergerak cepat dan bisa bergerak berlari dalam setiap aksinya dala berdakwah. terutama didunia kampus. banyak sekali kok anak kader yang tersebar di setiap kampus-kampus. tentunya anak kader dibebankan berbagai macam hal dari "rumah" untuk bisa di goal kan saat dia berada dalam dunia kampus. tidak jadi masalah, namun terkadang anak kader kurang bisa singkron dengan kondisi lingkungan yang kadang kala malah menjadi batu sandungannnya untuk bisa beranuver disana.

Setelah saya banyak berdiskusi dengan beberapa teman-teman saya. ada beberapa klasifikasi anak kader itu sendiri.
1. anak kader penggerak
Dalam hal ini dia memiliki langkah gerak yang benar taktis dan strategis. dia membuat narasi dan sbuah renstra yang mungkin tidak bisa dilakukan oleh teman-teman kader lainnya. bahkan mungkin pengalaman yang dimiliki sudah memumpumi banyak dia mampau menganalisa dari berbagai macam sudut pandang setiap masalah. bahkan permasalahan yang amat detail. dan tentunya ortunya sudah mendidikanya dari bayi hingga dia dewasa. sehingga peberian asupan tarbiyah dzatiah, tsaqofah keilmuan dan amalan yaumi'ahnya lancar. dan tentunya juga kader penggerak juga bisa memobilisasi massa untuk bisa melakukan apa yang telah dinarasikannya. 
2. anak kader singkat
Hampir sama dengan yang gerakan, namun yang membedakannya adalah sang anak mengenal dunia tarbiyah ketika dirinya masuk dala lebaga pendidikan yang memperkenalkannya dunia tarbiyah disana. taruhlah seperi pesantren. sehingga dari orang tuanya pun menyadari kekurangan dalam dirinya akan agaa yang dimilikiknya. orang tuanya lebih menempa ririnya untuk bisa menjadikan dirinya yang memahami tentang pentingnya dunia islam. ikut sebuah majelis, liqo, mendengarkan ceramah. semua dilakukan untuk bisa mengikuti irama perkembangan si anak tersebut yang sudah mendapat dunia tarbiyahnya saat didunia pendidikannya. baik itu SMP,SMA maupun perkuliahan. tapi, tidak menutup kemungkinan juga sang orang tua tidak demikian. sang anka kader singkat juga memiliki kapasitas yang memumpuni dalam setiap pemikiran dan gerak juga tidak kalah militannya dengan kader penggerak. namun, yang memedakannya adalah dalam setiap gerakannya dia masih menyisipkan sebuah pemikiran ego nya yang masih menggunakan istilah salah atau benar.
3 anak kader kecewa
Ini adalah salah satu hal yang sering terjadi dalam sisi anak kader sendiri. ortunya sudah mendidiknya dalm dunia tariyah. bahkan dididik pada usia yang masih belia. namun, karena lingkungannya yang kurang bisa mendukungnya atau lingkungan kurang bisa menjaga dan seimbang denga pola pikir atau gerakannya. akhirnya sang anak tersebut akan terlepas dengan sendirinya. dan mungkin akan bisa menjadi seorang rival yang benar-benar menakutkan daripada seribu kader militan.

Setelah kita mengetahui klasifikasi dari anak kader sendiri apakah sama dengan kader militan?? saya katakanh denga tegas SAMA..!! yang membedakannya adalah asupan gizi yang didapat ada drinya yang didapat saat dia belajar. jadi istilah pribahasanya sekali mendayung, satu dua tiga pulau terlampaui. begitulah. tidak ada pembeda dalam setiap gerakan. karena esensi dari sebuah tarbiyah adalah bagaimana kita bisa belajar tentang koreksi diri kita. mungkin saja kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki seorang anak kader aat luarbiasa, tapi kita belu tahu juga penilaian Allah terhadap kader militan. hal buruk yang dimiliki anak kader sendiri adalah kurangnya jiwa tawadhu pada dirinya. saking pintarnya kadang anak kader sering menggampangkan atau menyepelekan sebuah perasmalahan. tidak banyak sekali anak kader yang deikian akan di blacklist dari jamaahnya. 

Bahkan saya salut sekali kepada kader militan yang benar-benar militan untuk terus belajar dan terus mencoba memberikan yang terbaik dalam setiap dakwah ini. tentunya kita sebagai seseorang yang diberikan anugrah yang lebih bisa menjadi panutan atau memberikan bantuan kepada teman-teman yang lain. Saling rangkul satu sama lain. saling share satu sama lain. berikan yang terbaik kepada setiap saudara kita tanpa melihat dari sebuah strata tersebut.setidaknya ada sebuah istilah bergerak individu hanya akan kita menyetorkan nyawa kita kepada musuh secara pasrah atau bunuh diri. lain cerita jika bergerak bersama Insya Allah apapun penghalang yang akan dihadapi akan terlewati. satu mudah dipatahkan, sedangkan bersama sukar untuk dipatahkan. ^_^. toh, juga nantinya insya allah akan bertemu di JannahNya bersama-sama. ^_^

So, bukan tittle kita sebagai anak kader atau bukan. karena yg menjadi parameter penialaian Allah SWT adalah TAQWA. barangkali anak kader memiliki kadar ketaqwaaan yang sedikit ketimbang kader militan, begitu juga sebaliknya.jangan merasa rendah jika diri kita bukan anak kader karena baik anak kader maupun bukan kita tetap sama-sama belajar. bedanya anak kader memberikan pelajaran, dan kader ilitan mendapatkan banyak sekali pelajaran dari anak kader tersebut. saling bersinergi satu sama lain

hanya sedikit ulasan saja terkait dilematika anak kader dengan kader militan. afwan jika terjadi salah kata pada pengetikan. ini hanya analisis kecil dari sesosok manusia yang terlahir dari rahim seorang ibu yang luarbiasa.

Senin, 22 Juli 2013

Tanyakan Dirimu, untuk apa saja waktu engkau gunakan?

DALAM Islam, waktu itu adalah amal sholih. Waktu itu bukanlah uang seperti kata sebuah adagium, time is money. Di sini, amal sholih menjadi tujuan utama, bukan materi. Bukan berarti Islam anti-uang. Akan tetapi yang lebih tepat kita katakan, uang/materi menjadi sarana untuk beramal sholih, bukan tujuan utama (big goal). Jika uang menjadi big goal, maka materialisme menjadi pemahaman kita. Adagium“time is money”, adalah prinsip kaum materialism.

Orang yang tidak memanfaatkan waktu-waktu luangnya, oleh al-Qur’an disebut sebagai orang yang merugi.
أَن تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَى علَى مَا فَرَّطتُ فِي جَنبِ اللَّهِ وَإِن كُنتُ لَمِنَ السَّاخِرِينَ ﴿٥٦
“Supaya jangan ada orang yang mengatakan, ‘amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah).” (QS. Al-Zumar: 56).

Orang merugi adalah orang yang tidak memanfaatkan aktifitasnya untuk kehidupan abadi, yaitu hidup setelah mati. Betapa kita terlalu lalai memanfaatkan aktifitas mulya ini.

Berapa lama kita membaca al-Qur’an atau membaca buku-buku. Bandingkan dengan lamanya kita duduk di warung kopi dan trotoar jalan, sekedar ngobrol, ngerumpi dan menghabiskan waktu luang. Berapa jam kita menonton TV dan tidur. Bandingkan dengan lamanya kita beribadah. Berapa lama pula kita
 meeting bisnis, bandingkan dengan berapa lama kita duduk di majelis ilmu dan majelis-majelis mengingat Allah. Sungguh banyak waktu yang terlewat sia-sia.

Penyesalan dalam ayat tersebut karena lalai menunaikan kewajiban Allah dan memandang rendah agama Allah. Dua hal tersebut disebabkan waktu yang tidak dimanfaatkan dengan baik atau waktu luang digunakan untuk hal yang tidak baik.

Lebih berbahaya lagi jika waktu disia-siakan untuk mengerjakan perbuatan yang dimurkai-Nya. Jadi, dalam managemen waktu, ada dua pilihan; menyibukkan dengan kebenaran dan menyibukkan dengan perkara yang dimurkai. Waktu kosong yang digunakan untuk hal-hal yang tidak berguna, pada akhirnya akan mengantarkan kepada kegiatan-kegiatan yang dimurkai.

Imam al-Syafi’i pernah mengatakan:
 “Jika Anda tidak menyibukkan diri anda dengan kebenaran, maka ia (waktu) akan menyibukkan Anda dengan kebatilan.”

Oleh sebab itu, dalam pengisian waktu sesungguhnya terjadi pertempuran sengit antara setan dan hati kita. Hal yang paling penting untuk menjaga kehidupan kita adalah menyusun rencana-rencana dan program yang akan mengisi waktu. Dan tidak memberi sedikitpun celah kepada setan untuk ikut beraktifitas dalam sela-sela waktu kita.
Jika kebenaran yang menguasai celah-celah dalam waktu kita, maka ia akan membangkitkan potensi yang terpendam dalam diri manusia. Sebaliknya jika kebatilan jadi penguasa waktu, maka tunggulah kerusakannya.
Bagaimana belajar memangemen waktu? Bagi awam dan pelajar pemula, para ulama’ memberi petunjuk sederhana, yaitu mendisplinkan shalat tepat pada waktunya. Sesungguhnya amal ibadah yang efektif dalam mendidik disiplin waktu itu shalat jama’ah tepat pada waktunya.

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلاَةَ فَاذْكُرُواْ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنتُمْ فَأَقِيمُواْ الصَّلاَةَ إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَاباً مَّوْقُوتاً
Allah berfirman: ”Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu. Sesungguhnya shalat itu adalah fardlu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Nisa’: 103).

Disiplin shalat lima waktu bisa menjadi media pembelajaran memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Kita bisa mendidik diri atau anak dan murid kita dengan ini. Sesudah shalat, diisi dengan dizikir dan membaca al-Qur’an.

Jika kita mampu mengatur waktu ini dimulai dengan disiplin shalat, maka lambat laun ibadah-ibadah lainya akan tertunaikan dengan disiplin. Inilah yang disebut Allah sebagai orang yang tidak merugi.

Allah Subhanahu Wata’ala menyebutkan sifat-sifat orang yang beruntung, yaitu mereka yang mampu menjaga waktunya dengan beriman dan beramal sholeh.

وَالْعَصْرِ
إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih serta saling menasihati supaya mentaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS: Al-‘Ashr: 1-3).

Dalam ayat ini kita bisa menarik pelajaran penting mengenai waktu. Yaitu isilah waktu itu dengan empat hal; menjaga iman, mengerjakan amal sholih, menasihati dalam kebenaran dan menasihati dalam kesabaran.
Tidaklah Iman itu akan bisa menjadi benar kecuali dengan ilmu. Karena ilmu merupakan cabang dari iman tersebut dan tidak sempurna iman seseorang kecuali jika dia memiliki ilmu. Oleh karenanya, mengisi waktu luang dengan menambah ilmu itu sangat mulia.

Amal sholeh yang mencakup semua kebaikan, mulai dari kebaikan yang bersifat dzahir hingga kebaikan yang bersifat
 bathin, dimana hal itu berkaitan dengan hak-hak Allah dan hak-hak hambanya baik hal-hal yang hukumnya bersifat wajib ataupun yang bersifat anjuran.

Aktifitas lain yang penting adalah saling menasehati dalam hal kebenaran dan kesabaran. Ketika sedang ngobrol dan duduk-duduk santai, alangkah baiknya digunakan dengan mengucapkan kalimat-kalimat nasihat, mendorong saudara dan teman untuk memperbaiki kualitas kehidupan. Menasehati untuk bersabar dalam menjalankan ibadah. Sabar dalam menuntut ilmu dan menghadapi tantangan kehidupan.

Dari situ kita bisa menyimpulkan bahwa waktu itu adalah amanah Allah yang diembankan kepada manusia. Kita pasti akan pasti akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat kelak.
Simak sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam ini: “Tidak akan beranjak kaki seorang hamba di akhirat kecuali setelah ditanya tentang empat perkara; ditanyakan tentang umurnya lalu bagaimana ia menggunakannya dan ditanyakan kepadanya tentang ilmu yang didapatkannya lalu apa yang dilakukannya dengan ilmu tersebut, ditanyakan kepadanya tentang harta yang ia dapatkan dari mana ia mendapatkannya dan kemana harta itu dibelanjakan dan ditanyakan kepadanya tentang jasadnya lalu kemana dipergunakannya.” (HR.Tirmidzi, hadis shohih).

Pantas saja Imam Fakhruddin al-Razi begitu menghargai waktu setinggi-tingginya. Tiada celah sedikitpun ia berikan untuk hal-hal yang tidak berguna. Ia pernah mengatakan:
 “Demi Allah, sungguh aku sedih karena kehilangan banyak waktu kesempatan mempelajari ilmu di saat makan. Sesungguhnya waktu dan zaman itu mulya.”

Semua dan Segalanya

karena sejatinya manusia hadir dunia saling berpasangan. Itulah yang Allah beritahukan kepada manusia melalui Al-Qur'an. Bahwa setiap in...