Selasa, 12 Agustus 2014

maukah kau menunggu

Maukah Kau Menunggu ?

Matahari pagi selalu sama, perasaan kita tidak. Seperti langit yang berubah sewaktu-waktu. Tidak seperti air yang mengalir. Lebih seperti jalan yang terjal naik turun bergelombang.

Detik berdetik dalam jarak yang sama, perasaan kita tidak. Resah melihat waktu yang terus bergerak semantara diantara kita tidak pernah terjadi pengakuan. Tatap mata bertemu, senyum malu-malu, pura-pura menghindar. Pura-pura bertanya kabar. Merah merona ketika nama terucap.

Aku tahu diantara kita saling menjaga diri. Tidak banyak hal yang bisa aku lakukan selain mendoakanmu. Tidak lebih dari itu. Sebab diantara kita bukanlah siapa-siapa. Perasaan yang kita miliki tidak lantas membuat kita menjadi saling memiliki kan?

Sebab setiap perasaan memerlukan tindakan. Dan tindakan itu haruslah bertujuan. Bila aku menujumu, ingatkan aku untuk berpaling kepada Tuhan lewat matamu. Bertanyalah kabar tentang ibadahku.

Diantara kita tercipta samudera. Meski pada kenyataannya kita bertemu dan saling sapa setiap hari. Berada dalam satu tempat yang sama. Jarak yang akan hilang dengan beberapa ikrar kata. Dan waktu, seperti kita tahu, tidak pernah bisa diajak berkompromi. Diantara kita tetap diam saja. Aku ingin mengatakan sesuatu tapi malu. Aku malu mengatakannya; maukah kau menungguku?

Mana Ada Kamu Di Rumahku

Mana Ada Kamu Di Rumahkuoleh Kurinawan Gunardi
Ku kira pertemuan kita berakhir di rumah. Sebuah rumah dengan genting merah dan lantai kayu. Dengan teriakan-teriakan kecil dari kaki-kaki kecil yang melangkah penuh tenaga. Berteriak menyebutmu mama dan memanggilku ayah.

Mana ada kamu di rumahku. Kamu hanya ada di pikiranku. Bahkan rumah itu pun hanya ada di pikiranku. Memang bahaya berangan-angan tapi aku seperti kecanduan. Menikmati pikiranku yang penuh bayang-bayang, nyatanya mana ada kamu di rumahku.

Suaramu seperti angin yang melewati dedaunan pohon. Melewati celah-celah dinding rumah-rumah. Dibawa angin kemanapun kaki melangkah. Membisikan dan mengatakan sesuatu bahwa kamu sedang menungguku di rumah. Nyatanya, mana ada kamu di rumahku.

Orang-orang sepertiku perlu di selamatkan. Dibangunkan dari tidurnya logika. Disadarkan bahwa kehidupan nyata menanti pembuktian kata-kata. Karena untuk membawamu ke rumahku membutuhkan banyak pembuktian. Bahwa aku tidak menjanjikan sesuatu yang tidak bisa ditepati dan aku bisa menunjukkan bahwa kata-kata laki-laki ini tidak berhenti sebagai angan-angan. Kamu suka diperjuangkan, kan?

Semua dan Segalanya

karena sejatinya manusia hadir dunia saling berpasangan. Itulah yang Allah beritahukan kepada manusia melalui Al-Qur'an. Bahwa setiap in...