Senin, 04 Mei 2020

Semua dan Segalanya

karena sejatinya manusia hadir dunia saling berpasangan. Itulah yang Allah beritahukan kepada manusia melalui Al-Qur'an. Bahwa setiap insan dalam dunia ini hidup utuk dipasangkan dengan manusia lainnya. Ntah bagaimana cara bertemunya, bagaimana proses memulai atau bahkan hal apa yang membuatnya bertemu. Namun, lepas dari itu semua, Allah mempertemukan manusia memiliki. Semua yang ada dalam kehidupan ini memiliki maksud dan arti masing-masing. Manusia hanya menerima dan meyakini itu semua.

Tak ayal setiap manusia pasti ingin bersama dengan manusia yang menjadi inginnya. Setidaknya ketika memiliki ekspektasi kebaikan yang ingin diperjuangkan. Pastinya semuanya akan diperjuangkan untuk mencapainya. Setidaknya itu adalah bagian ikhtiarnya untuk menyempurnakan keimanannya dengan cara menikahinya. Walaupun setiap cara manusia beraneka ragam. wajar saja toh, manusia hanyalah manusia biasa pada umumnya. Yang dimana gengsi, dingin dan sifat lainnya tetap menjadi dominasi setiap pribadi manusia. Tentunya Allah memiliki domain yang berbeda dengan manusia. Domain Allah adalah memberikan dan manusia menerima dan meyakini itu semuanya. Mengikhtiarkan semuanya untuk bisa membersamai manusia yang bisa membuatnya mampu melakukan banyak hal. bukan karena dia tidak mampu, tapi dia butuh seseorang yang senantiasa ada menemani setiap langkah. Manusia yang senantiasa mengatakan

"..menyerah adalah bagian tersulit dan setidaknya mencoba adalah bagian terbaik dalam setiap perjuangan.."

Yah, manusia yang nantinya melahirkan penerus luarbiasa yang siap menjadi solusi dari setiap permasalahan yang ada di dunia. Manusia yang ketika berpulang dari penatnya dunia rumah menjadi tempat syurga dunia karena senyum dan tawa bersamanya dan anak-anak adalah pelepas penat hiruk pikuknya dunia. Manusia yang selalu menjadi rekan diskusi hidup, Manusia yang selalu menjadi pengingat ibadah dan menjadi support ibadah dimana dan kemana pun berada. mudah bukan, iya jika hanya tulisan ini yang menjadi perwakilan dari setiap manusia yang ada didunia ini. izinkan tulisan ini menjadi perwakilan sebuah perjuangan untuk mengikhtiarkan segalanya untuk membersamai manusia tersebut.

Tak terkecuali manusia bernama Matahari.


Jumat, 17 April 2020

malam: cerita hitam

aku mau bergerak,
aku ingin menjalankan semua yang aku sudah tulis.
aku ingin menjalankan semua yang sudah aku pikirkan.
aku ingin bergerak sesuai dengan apa yang aku rencanakan.
aku ingin memulainya tanpa tapi, memulainya semua dengan suka hati dan sesuai dengan apa yang sudah kuperkirakan.

namun, aku sadar aku tetaplah manusia.
masih menjadi makhluk bumi yang membutuhkan dorongan dan masukan.
membersamai dalam bergerak apakah salah?
menginginkanmu membersamaiku apakah ada yang salah?
jika salah, bantu aku untuk terus berjalan.

tak banyak yang bisa terucap dengan kata
karena aku ingin menjalankan semuanya,
tak apa jikalau aku pernah salah memulai.
setidaknya hal tersebut menjadi cerminan untuk melakukan sebuah hal besar kembali

jadi, izinkan aku untuk kembali memulai segala impianku.
dan pintaku bersamai aku dalam setiap jalan.
bersamai aku dalam setiap momment
karena semua momment adalah sebuah hal terbaik yang ingin aku lakukan saat bersamamu.

Selasa, 14 April 2020

ini kisahku: #jalanisaja

berada dimana kita saat ini?
berada dimana kita dalam berfikir, bergerak?
selalu ada kisah dari setiap hal yang sudah kita fikirkan dan impikan. walau kadang jarak antara kenyataan mungkin terlalu jauh hal yang sudah kita perkirakan.
aku bergerak karena kau yakin bahwa matahari akan selalu terbit dari timur. selalu ada hujan yang menyeka air mata. selalu ada kisah dari setiap kehidupan. dan ada pertemuan setelah berpisah.

Tak ayal diri ini menjadi batas antara masa lalu dan masa depan. menjadi diorama indah dalam kepingan hidup. tidak apa jikalau jalan yang kubuat ini adalah bagian terbaik dari kisah yang kubuat bersama. tak masalah jikalau cara yang kubuat ini adalah cara atau jalan sulit. karena bagiku aku memahami betul jalan ini adalah jalan terbaik untuk menuju impianku. bukankah jalan yang sulit membuat kita mendewasa, membuat kita menjadi manusia yang akan selalu bersyukur.

bergerak saja, tidak perlu menunggu peluit berbunyi. karena kehidupan ini tidak hanya sebatas untuk sebuah perlombaan. jadi bergeraklah. syaratnya jangan meragu. jalani dan bergerak saja. jikalau ada yang menyapamu, jangan lupa membalas sapaannya. jikalau ada yang menegurmu, berhentilah sejenak. jelaskan apa yang menjadi gerakmu adalah penuh dengan tujuan yang ingin kamu lakukan.

jangan lupa untuk senantiasa dibarengi oleh do'a. karena gerak yang dilakukan kita adalah Tuhan yang mengizinkan semuanya. jadi jangan pernah lupa untuk senantiasa berdo'a kepadaNya.

bergeraklah dan jangan pernah berhenti.

#jalanisaja

Senin, 16 Maret 2020

Random tulisan dan semoga bermanfaat


Dunia saat ini sedang berada dalam kondisi yang amat sangat memprihatinkan. Adanya epidemi yang luarbiasa yang mampu menyihir masyarakat berfokus pada titik tersebut. Hingga dia lupa kalau pemilik epidemi tersebut sedang mencoba melihat berapa banyak masyarakat yang sadar akan itu semua. Sebelum kita jauh melangkah mari kita kenali dulu endemic, epidemi dan pandemi.
Epidemi adalah penyakit yang menyerang banyak orang pada suatu waktu tertentu dan tersebar di satu atau beberapa komunitas atau wilayah. Endemi adalah penyakit yang keberadaannya permanen disebuah wilayah atau populasi. Sedangkan pandemiwabah yang berjangkit serempak secara cepat dan signifikan dalam skala global.

Kita akan memahami sejenak apa yang terjadi jikalau kita mencoba acuh terhadap isu yang beredar saat ini. Oh iya, sebelumnya mari kita apresiasi dulu peran media untuk tidak berhentinya mencoba menginformasikan segalanya tentang epidemi yang sudah bertransformasi menjadi Pandemi ini. Ada dua hal yang ingin kukatakan. Pertama Media berusaha transparasi setiap informasi sehingga masyarakat sadar akan sebuah informasi yang diinfokan oleh media. Yang harapannya masyarakat tanggap dan sigap dalam setiap tempat dan kondisi. Yah, setidaknya waspada itu baik timbang harus terjangkit pandemi tersebut. Kedua, hal ini malah kadang menjadi hal menakutkan bagi mereka yang mungkin minim informasi. Berkeliaran diluar dan tidak memahami bagaimana bentuk penyebaran pandemi ini. Atau mungkin yang kedua ini kurangnya kesadaran masyarakat terhadap problem yang terjadi saat ini. Ini mengerikan sih jika demikian.

Ada hal yang menjadi concern saya. Jika rekan-rekan pernah menonton World War Z disana menjelaskan bagaimana sebuah pandemi mulai menyerang hampir seluruh dunia. Dan bagaimana tokoh utama tersebut diminta WHO untuk ikut serta dalam bagaimana menekan angka penyebaran pandemi ini. Dan akhirnya tokoh utama tersebut berada disebuah tempat dimana disitu tersimpan banyak bentuk virus yang sekiranya jika itu terlepas mungkin bumi menjadi dunia gelap, bercahaya. Aneh bukan? Iya itu saya yang buat istilah itu. Bagaimana tidak jikalau sebuah laboratorium tersebut menyimpan berbagai macam penyakit dari dosis terendah sampai pada dosis tertinggi yang (katanya) sampai sekarang belum ada solusi penyembuhannya. Singkat cerita untuk bagaimana menyelesaikan pandemi tersebut tokoh utama tersebut harus disuntikkan salah satu virus agar membentuk daya imun baru sehingga pandemi tersebut tidak menjangkit ditubuh tokoh utama tersebut. Dan dari situ muncullah solusi alternative penekanan angka pandemi didunia tersebut. 

Apa yang bisa kita lihat bagaimana saat ini mecoba untuk menekan angka pertumbuhan pandemi yang katanya keberadaannya menjadi ancaman bagi salah satu Negara  dengan populasi angka terbesar. Himbauan demi himbauan diutarakan oleh Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati, Wali Kota bahkan sampai pada tataran RT. Yang isi dari himbauan tersebut kurang lebih intinya adalah #dirumahsaja. Sebuah kata yang memiliki makna, jika kita mencoba mengambil hikmah dari kejadian ini kita sadar bahwa waktu kebersamaan itu sangatlah sukar. Kita tentu sukar untuk menentukan waktu bersama, namun setidaknya kita bisa untuk membuat waktu bersama. Tergantung sikon pastinya. Dan kondisi inilah yang sebenarnya bisa dijadikan ajang untuk membangun bounding satu sama laintertama keluarga karena padatnya waktu kegiatan kerja diluar yang mungkin menyita waktu saat jam kerja. Himbauan demi himbauan diberitahukan oleh Pemerintah perihal pencegahan alternative dari penggunaan masker bagi yang sakit, sampai bagaimana cara membilas tangan melalui aplikasi Tik-Tok. Sehingga masyarakat milenial sadar dan paham harus bagaimana mengsikapi pandemi ini. Sayangnya, korban dari pandemi ini mengapa kebanyakan mereka yang mungkin memilih berada dirumah timbang diluar. who knows. Kita tidak akan pernah tahu sampai menemukan titi cerah dari kajadian ini. Taruhlah mengapa pemerintah memeriksa mereka yang sudah terjangkit dll. Sudahkah pemerintah mencoba memerika mereka yang berada ditepat-tempat yang kumuh. Dari orang dewasa hingga anak-anak. Karena kita tidak akan pernah tahu dari mana pandemi itu berasal. Seyogyanya pemerintah juga membentuk tim pansus penanganan pandemi ini hingga ke akar rumput sehingga masyarakat memahami bentuk dan penanganan awal bagi penderita tersebut. Karena bagiku kesehatan itu hak untuk warga seuatu Negara, dan Negara menjamin hal tersbut. Jadi wajar jikalau rumah sakit lebih mewah dan besar timbang penginapan atau hotel lainnya.

Mari kita mencoba menelaah kembali jikalau memang kebijakan pemerintah adalah yang tepat dengan cara meliburkan segala aktifitas. Mungkin itu adalah solusi alternative sebagai respon positif terhadap pandemi ini. Hanya saja bagaimana peranan pemerintah saat ini untuk mencoba menjaga dan memberikan ketenangan pada semua masyarakat khususnya warga Indonesia.  Jika ada orang yang berkata ini adalah konspirasi terbesar untuk menutupi kejadian-kejadian diluar sana. Sungguh bukannya saya juga menutup mata jika hal itu terjadi apa adanya. Hanya saja, terlalu naïf jika saat ini kita masih terlalu ego untuk membiarkan korban berjatuhan sedangkan kita masih merasa hal ini bukanlah sebuah musibah internasional. Walaupun kita pun berusaha untun aware terhadap sesuatu dikeliling kita. Namun, saat ini berusahalah untuk tidak berkata apapun selain memberikan semangat dan bantuan bagi korban dan masyarakat agar tetap waspada.

Alternative saat ini adalah mencoba untuk aware setiap arahan dari pemerintah dan pihak berwenang saat ini. Jangan terlalu ”latah” pada setiap informasi yang beredar. Cobalah untuk diam dan mencari valid informasi tersebut. Sehingga kita tidak menjadi makhluk Hoax. Dari sisi pemerintah berusaha untuk menekan dengan setidaknya menerapkan lockdown untuk beberapa waktu kedepan. Sekolah diliburkan, pekerja kantoran menjadi pekerja “rumahan”. Saya pribadi tidak masalah kita kehilangan beberapa rupiah ketimbang kita harus kehilangan dari seperempat atau bahkan setengah dari populasi warga Indonesia. Jika demikian hal itu terjadi Pemerintah tidak ubahnya dengan cara yang digunakan Thanos dalam film Avengers yang dimana Thanos menghilangkan setengah populasi masyarakat di Bumi demi sebuah kehidupan yang baru. Jika demikian caranya bolehkah saya bertanya kepada Pemerintah. 

“..Ada Apa?” 

Tidak masalah bukan memberikan “nafas” pada bumi untuk sejenak rehat dari banyaknya aktifitas manusia terhadap bumi. Disisi lain memberikan banyak waktu untuk membersamai keluarga sanak saudara dirumah. Melakukan “Me Time” dan mengambil jarak sejenak dari hiruk pikuknya keramaian dunia. Tidak jadi masalah mencoba mengkarantinakan diri sendiri tidak jadi masalah, asalkan memang cara tersebut dianggap sebagai solusi alternatif terbaik saat ini untuk persebaran pandemi ini. Tidak masalah jika kita harus kehilangan milyaran atau bahkan triliyunan timbang kita harus kehilangan sau dari keluarga kita karena pandemi ini.

“tidak masalah bukan satu nyawa untuk seribu kehidupan?”

Sungguh naïf jika kita masih berfikir demikian. Bagaimana kita balik keadaan tersebut kepada anda? Apa anda masih berkata demikian? Saya rasa ku akan menarik kata. Kita harus belajar bagaimana Negara maju untuk menyelesaikan problem ini. Tidak hanya sebatas kata yang menenangkan, melainkan butuh tindakan. Memberikan ruang kepada pihak berwenang untuk bekerja dan menyelesaikan pandemi ini adalah bagian cara terbaik kita untuk menyelesaikan problem pandemi ini. 

“…it’s better to light a candle than curse the darkness…”

Mari kita terus memberikan semangat dan informasi terbaik pada saudara terdekat kita tentang pandemi ini. Mari kita menjadi manusia yang cerdas dalam mengsikapi setiap problem disekitar kita. Kita diberikan kesempatan untuk berhipotesa dan mencari sebuah solusi-solusi alternative. Sehingga kita nantinya memahami arah dari alur dari apa yang mungkin menjadi “Tanya” kita. Tidak jadi masalah jikalau kita harus tergerus oleh banyak hal dalam setiap pencarian. Toh, kadang adalah sebuah kepuasan tersendiri ketika kita mencari sebuah hal yang ingin sekali kita cari jawabannya. Dan kita cukup untuk memulainya tanpa harus takut pada sebuah kegagalan dalam pencapaiannya nanti. Mulailah dengan sesuatu hal terkecil yang bisa kamu lakukan. Bukankah kita manusia dihidupkan dibui ini untuk menjadi makhluk yang bermanfaat bagi makhluk bumi lainnya. Lalu kenapa kita masih terlalu takut pada sebuah kata “mulai” ? aneh bukan? Yah itulah manusia, diciptakan Tuhan dengan sebuah berbagai emosi yang kadang didominasi emosi negative sehingga kata “mulai” saja tidak berani. Mulai saja dari hal kecil. Tidak mungkin bukan? Kita ada didunia ini bermula dari kita yang sudah besar ini. Kita berawal dari bayi. Memberanikan diri untuk berdiri, berjalan, melompat, meraih, berbicara dan banyak hal lainnya yang tidak kita sadari itu adalah bagian dari sebuah hal “mulai” dalam banyak hal. Dan Tuhan sudah membantumu, memperlihatkan banyak hal kepadamu. Dari hal terbaik sampai terburuk sehingga kita mampu mempelajari banyak hal dan merekam banyak hal. Dan jadilah sebuah paradigma dalam pikiran dan diteruskan kedalam tubuh. Bukankah itu adalah bagian dari pandemi alamiah dari seorang manusia bagi dirinya? Bukankah itu cara Tuhan memberikan “pandemi” kepada makhluk Bumi, untuk belajar dan terus belajar pada setiap waktu dan berbagai tempat.

Mari “mulai”

Lalu kamu.. kenapa masih meragu kepadaNya?

Nb
Tulisan ini dibuat tidak ada maksud apapun untuk menyudutkan satu lain hal apalagi pihak lainnya. ini hanya ke randoman pikiran semata yang terlalu gabut mau nulis apaan ama ini tulisan. hahahahahaha.... :'D

Matahari Utara

Senin, 18 Maret 2019

ini kisahku: tujuh

sekiranya aku bersyukur atas apa yang sudah diberikanNya. mungkin aku mensyukuri atas pertemuanku dengan mereka. yah, mereka. siswaku yang kuruindu dan kubanggakan. semangatnya menjadi bara semangat untuk terus bergerak dan berkarya. membina mereka adalah sebuah hal yang sangat menyenangkan. karena dengan demikian aku bisa lebih memahami karakteristik tiap personal dari mereka. yang laki mungkin memiliki semangat berkarya luarbiasa, hanya saja wadah yang diberikan terlalu kecil dan tidak diganti dengan wadah baru atau wadah yang lebih luas. sehingga wadah yang digunakan mubadzir terbuang. yang perempuan memiliki semangat untuk membuat sejarah di sekolahnya. bukan sekedar mengukir sejarah semata, menjadikan angkatan mereka menjadi angkatan percontohan yang lebih baik dari sebelumnya. yah, mereka semua memiliki karateristik yang unik. walaupun badai umpatan yang mereka dapatkan terlalu banyak bahkan ada klain angakatan mereka adalah angkatan yang jelek atau hal yang bersifat negatif. namun, bagiku mereka angkatan yang unik. mereka hanya membutuhkan pendekatan personal yang baik. tidak perlu dengan cara memerintah layaknya bos kepada bawahannya, mengajarkan kepemimpinan yang santun, hanya perlu duduk bersama dan bercerita keluh kesah yang mendera dirinya.

tujuh, ntah mengapa harus tujuh yang menjadi brand dalam diri mereka. aku pun tidak memahami kenapa juga harus dipertemukan oleh mereka. namun, yang kuyakini mereka sekumpulan anak yang luarbiasa. 

5 bulan membersamai mereka sudah mejadi kenangan teramat indah selama 2 periode bekerja ditempat ini. kenangan itu senantiasa terpatri dalam setiap insan. masa dimana harus memanggil mereka untuk rapat, untuk diskusi atau hanya untuk mendengar cerita kecil mereka. tidak masalah, karena bagiku mereka sudah menjadi anak ideologis atau adik kecilku. hanya sekedar meminta tanda tangan, bahkan mengantar mereka untuk bisa bertemu dengan jajaran birokrasi pemerintahan daerah dan pusat. yah, semuanya menjadi jejak rekam indah yang tidak ingin terlupakan. bahagia mengenal mereka, sedih kalau harus berpisah dengan mereka. namun, bukankah hidup untuk bisa bermanfaat dimanapun kita tinggal dan hidup. bukankah membersamai tidak harus mendekat, melainkan dengan doa. bukankah juga mencintai tidak harus memiliki. 

tujuh bertumbuhlah menjadi jiwa terhebat yang dimiliki agamamu, orangtuamu, gurumu, orang terdekatmu dan negaramu. 
tujuh bersabarlah dari setiap tantangan hidup yang menjadikanmu makhluk luarbiasa
tujuh bertaburlah di bumi ini, berikan kebermanfaatan disetiap tempat yang kamu tempati
tujuh berikan cahaya inspirasi dengan akhlakmu, idemu dan segala apa yang kalian miliki

bangga pernah membersamaimu, tujuh

Minggu, 07 Oktober 2018

Ini kisahku: aku ingin belajar

masih banyak anak-anak yang belum mendapatkan pendidikan yang layak. Dikarenakan tidak lain harga pendidikan yang relatif lebih mahal. Beasiswa hanya diberikan kepada anak-anak yang juga memiliki harta yang banyak sehingga menunjang keilmuan selain didunia pendidikan formal. Rasanya miris ketika melihat banyak anak sebaya yang semangat untuk bersekolah, belajar bersama bersosialisasi dengan yang lain dan banyak hal lain yang bisa dilakukan saat di sekolah. Aku hanya duduk terdiam sembari memilah barang yang bisa aku tukarkan dengan uang. Bukan untuk sekolah, melainkan untuk makan dan biaya hidup adik dan kakak. Sadari diri jikalau itu semua adalah sesuatu angan-angan tinggi yang sukar untuk kugapai. Namun, setidaknya itu yang harus dilakukan untuk sekarang ini. Terlebih lagi untuk menyambung hidup 1 hari berikutnya, daripada berhenti dan tak melakukan apa-apa.
Aku ingin belajar dan terus belajar untuk bisa mengangkat derajat dalam dunia ini. Senantiasa selalau berdoa kepadaNya. agar hati ini tak buas melihat gemerlap dunia dan kalap akan apa yang sedang dialami. kita tidak akan penah faham bagaimana bentuk akhir dari dunia ini. yang kita sadari saat ini adalah maju dan berlari. tak ayal pikiran liar kita membimbing pada satu titik yang sangat membuat kita nyaman akan tempat dan puas akan karya. bukan lingkungan yang membuat demikian, itu hanya satu dari faktor yang membuat diri ini bergerak dan berkarya. kemauan dan niatan murni yang menuntunmu hadir dan bergerak bersama.

Rabu, 10 Mei 2017

ini kisahku: sekolah

Sekolah

Tempat membosankan yang menuntut  anak untuk sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh guru. Membatasi prestasi siswa, mengkedepankan satu bidang dan melupakan bidang lain. Atau bahkan tidak menganggap bidang tersebut ada. Guru tidak layaknya seperti pemimpin dzalim dan dictator kelas. Menuntut anak ini itu dan lainnya. Mewajibkan murid untuk bisa pada bidang yang guru berikan. Jikalau menolak label bodoh akan tersemat dalam diri murid. Tangannya digunakan bukan untuk menulis sebuah rangkaian pembelajaran, malah digunakan untuk sekedar “membelai” lembut murid hingga belaiannya menorehkan bekas merah diwajahnya. Gaya bicara diktatornya hanya membuat telinga terseumbat sementara dan hati membara ingin segera mengakhiri waktu jam pelajaran guru tersebut. Bukan kata motivasi, melainkan ungkapan kekesalan yang berujung pada label semata. Menuntut macam-macam terhadap murid dengan ambel-ambel 1 kebaikan. Padahal jikalau dijabarkan hanya keuntungan instasi samata. Murid dijadikan sapi perah lumbung dana hanya sekedar mengnyangkan perut atasan tanpa melihat potensi kebermilikan murid. Oh maaf mungkin terlalu utopis mungkin. Hanya saja hal ini sangat konyol ketika melihat realita yang terjadi dalam lingkungan sekolah. Komersil sekolah, saling berkompetisi dan mengunggulkan sekolah dengan mengorbankan murid.

Tulisan ini tidak semata tertulis menurut pribadi. Hanya gambaran terjadi dikalangan para guru. Mungkin hanya sebagian guru saja dan itu mungkin dapat terhitung oleh jari. Namun, apakah adil? Membatas potensi anak? Tidak semua anak mampu dibidang akademik atau non akademik bukan? Namun, mengapa sekolah atau individu didalamnya melarangnya hanya karena embel-embel kuno tentang sebuah prestasi terbaik hanyalah akademik semata.

Kupikir setiap manusia yang terlahir didunia ini memiliki 1000 macam keunikan yang luarbiasa kelak diejawantahkan sebagai sebuah potensi. Namun, apadaya jikalau sebuah wadah retak tak mampu untuk bisa menampung air yang melimpah. Pastinya ada saja air yang bocor sedikit demi sedikit dan akhirnya habis dengan sendirinya. Potensi akan senantiasa terasah dalam waktu tidak lama. Jikalau 1 orang mengasah segala kemampuan yang dimiliki dan mengembangkan semuanya. Sungguh Maha Besar Allah yang menciptakan seorang manusia dengan segala potensi didalamnya. Yah, Allah yang memberikannya, namun manusialah yang menutupnya. Aku hanya ingin bilang tidak semua manusia mampu melakukan apa yang dilakukan dengan orang lain. Mungkin bisa, hanya saja ketidak maksimalan dalam melakukan hal tersebut akan dipertanyakan kembali.

Sekarang ini sudah banyak sekolah yang memulai sebuah terobosan baru. Tidak sedikit sekarang sekolah yang menutup dirinya dari dunia luar. Daniel Bell pernah berkata dalam bukunya the coming of post-industrial society “jika modal dan tenaga kerja adalah ciri utama masyarakat industry, maka ciri masyarakat pascaindustri adalah informasi dan pengetahuan”. Tidak dipungkiri hari ini kita sudah memasuki dunia yang penuh dengan berbagai macam informasi yang luarbiasa. Metode pengajaran yang lebih inovatif menjadi solusi pembelajaran bagi guru dengan lulusan freshgraduate. Namun, sayangnya hal tersebut tidak dibarengi dengan konsep sekolah itu sendiri. Sadar apa tidak aka nada masa dimana manusia lebih memilih untuk menggali potensinya ketimbang mengejar pendidikannya. Walaupun sejatinya dengan melalui pendidikan kita mampu membuka seribu pintu potensi dalam diri.

The big question is..

Can we?

Semua dan Segalanya

karena sejatinya manusia hadir dunia saling berpasangan. Itulah yang Allah beritahukan kepada manusia melalui Al-Qur'an. Bahwa setiap in...