Selasa, 17 September 2013

ini kisahku: Futur

Pernahkah kita futur??pernahkah kita lalai, kawan??
pastinya kita selaku manusia sangat sering melakukan futur atau lalai. Baik itu disengaja maupun tidak. Yup, fitrah manusia banget. Hehhehehe. . :D
Ok, sekarang kita akan sedikit membahas terkait futur. Hmmmmmm... futur apa yaakkk?? :D
Kata futur dalam konteks ini menunjukkan menunjukkan makna diam setelah bersungguh-sungguh dan lemah atau melempem setelah keras.
Begitulah perubahan kondisi yang terjadi pada mereka anak-anak bangsa yang membuat banyak orang berharap akan tibanya angin segar, terutama bagi kalangan pemuda masa kini yang sedang mendekati jurang hedonisme.
Yang dari Semangat menjadi lemah, kencang menjadi lamban, kuat menjadi lembek, panas mejadi dingin, tajam menjadi tumpul. Itu semua adalah kondisi-kondisi perubahan yang akan membawa mereka kepada titik kefuturan. Akan tetapi kalau semenjak awal mula sesuatu itu sudah lemah dan tetap “konsisten” pada sifat tersebut sampai akhir hayat perjalanannya maka itu bukan sebuah sifat kefuturan melainkan “kaslan murakkab” yaitu kondisi dimana sifat kemalasan senantiasa dipelihara oleh si empunya.
Kondisi futur seperti ini sebenarnya memang sangat melekat dengan sifat kepemudaan kita. Seperti halnya sifat penuh semangat, jiwa yang bergelora, dan amarah yang meledak-ledak demikianlah halnya dengan sifat futur senantiasa meliuk-liuk bergelora pada jiwa kepemudaan kita.
Dalam hal ini memang banyak sekali indikasi-indikasi yang menjadikan para pemudanya futur. Apalagi dengan para aktifis dakwah kampus saat ini. Subhanallah, luar biasa banget deh gerakan dakwah kampus di setiap kampus.

Tapi, kita harus sadari juga akhi bro n ukhti sis.. manusia adalah ladangnya kefuturan. Tergantung bagaimana kita bisa mengsikapi kefuturan tersebut. Secara fitrah manusia berhak untuk melakukan kesalahan, namun wajib baginya untuk segera introspeksi dan melakukan hal yang positif.
Nah, kembali pada konteks dakwah kampus sekarang. Kita ketahui tiap kampus memiliki perwajahan dakwahnya masing-masing. Contohnya seperti kondisi kekinian dakwah di ITB. Yang namanya liqo di perkarangan taman di mesjid Salman itu bukan lagi hal yang tabu. Lain halnya dengan kampus lainnya yang masih kadang sembunyi-sembunyi. Yup, kultur tiap kampuslah yang membuatnya menjadi berbeda. Kultur wilayah barat yang lebih terbuka. Bahasanya mereka sudah masuk pada fase yastrib/Madinah. Sedangkan kampus-kampus wilayah tengah masih pada fase Mekkah. Semoga cahaya Illahi disetiap kampus tidak akan pernah redup walau angin kefuturan terus berhembus nyaman pada setiap ADK.

Nah, akhi broo n ukhti sis yang dirahmati oleh Allah SWT.
Pernah dengar kalau setiap lembaga dakwah kampus itu memiliki sarana untuk terus melanjutkan dakwahnya. Baik dalam tataran universitas, fakultas bahkan jurusan. Taruhlah rohis fakultasnya. Nah disinilah terkadang ADF merasa amat lalai dengan tupoksi mereka sebagai ADF. Mengapa?padahal sejauh ini yang namanya LDF sudah berjalan tetap pada track yang sudah disediakan? Yup, bener banget akhi broo, ukhti Sis.. sejauh ini memang LDF setiap univ sudah menjalankan tupoksinya sebagai lilin dakwah. Tapi, itu hanya pada konteks progja saja. Dan realisasi dakwahnya masih amat kering. Bak oase yang kering ditengah gurun pasir. Padahal sejatinya saudara-saudara kita sampai mati-matian untuk membawa obor dakwah pada setiap fakultas untuk menyinari setiap celah lini. Tapi, karena belaian birokrasi, tarik ulur pemegang kekuasaan, terlena dengan keindahan dunia luar dan sebagainya membuat setiap ADF menjadi futur.

Ada sebuah cerita seorang diving atau penyelam. Seorang penyelam dimandat oleh pemimpinnya untuk menyelam kedasar laut untuk mengambil mutiara-mutiara. Tanpa, pikir panjang sang penyelam mempersiapkan peralatan untuk menyelam dan peralatan untuk mengambil mutiara-mutiara didasar laut sana. Hari yang ditentukan  sudah tiba. Sang penyelam menaiki perahu yang membawanya ketempat yang sudah diberikan oleh pemimpinnya. Setelah sampai, menyelamlah sang penyelam itu. Saat menyelam sang penyelam takjub luar biasa melihat keindahan alam laut yang amat megah nan damai. Bener-bener indah deh pokoknya. Sang penyelam melihat berbagai bentuk karang yang indah, ikan-ikan yang berenang dengan eloknya. Pokoknya sang penyelam menikmati keindahan Sang Kholiq. Setelah lama menikmati keindahannya. Sang Penyelam teringat akan tugasnya untuk mengambil mutiara-mutiara didasar laut sana. Padahal hanya diberikan alokasi 4 jam untuk mencari mutiara-mutiara tersebut. Dan sang penyelam itu hanya memiliki sisa waktu 10 menit lagi. Berenanglah sang penyelam itu kedasar laut. Dan akhirnya sang penyelam itu mendapatkan mutiara-mutiara itu. Sang penyelam segera berenang kembali ke permukaan, namun disayangkan mutiara-mutiara yang sudah didapatkannya itu ternyata satu-persatu berjatuhan dan hanya satu mutiara saja yang didapat dari hasil menyelamnya selama 4 jam. Dengan wajah lesu sang penyelam itu kembali kepemimpinnya dan menyerahkan mutiara itu. Sang pemimpin tersebut marah besar karena kelalaian Sang penyelam itu dan memecatnya.

Ada ibrah yang bisa kita ambil dari cerita singkat ini. Dalam kehidupan ini kita ketahui amat sangat indah. Bahkan ada orang yang bilang syurga dunia. Padahal sejatinya itu semua hanya menjadikan kita menjadi terlena akan tugas kita sebagai individu pendakwah. Begitu juga halnya para ADF. Karena terlalu banyak melakukan aktifitas-aktifitas formalitas progja saja. Lupa akan tugasnya sebagai syiar islam di fakultasnya. Dianaloginya pada cerita diatas Sang pemimpin itu adalah Allah SWT, Sang penyelam itu individu tiap ADF, mutiara itu adalah individu yang akan didakwahi dan waktu itu adalah masa kita kuliah di kampus kita. Kita masuk dalam LDF itu sangat tulus sekali tugasnya. Namun, kita malah lalai dengan serangkaian kegiatan kampus, melihat dunia luar, sibuk dengan urusan pribadinya dan lain-lain. Padahal Allah telah mengutus kita pada setiap insan untuk selalu menyerukan agama Allah deiberbagai macam tempat. Namun, kita malah lalai dengan dunia yang fana’ ini. Dan akhirnya kita teringat saat-saat akhir kuliah kita. Taruhlah semester 7 atau 8. dan posisinya kita belum bisa memberikan kontribusi banyak untuk dakwah di fakultas kita.



Nah, Akhi broo, Ukhti siss..
Saya kira semua tidak inginkan menjadi seonggok daging yang tidak bermanfaat. Padahal Allah berfirman dalam Al-quran ”sebaik-baiknya seseorang yaitu orang yang bermanfaat bagi orang lain” . Nah, lakukan lah apa yang kalian ingin lakukan jika itu positif. tapi jangan lupa juga amanah kita sebagai insan mulia yang diberikan amanah langsung, mandat langsung dari Allah SWT. Jangan futur atau lalai lagi yak Akhi broo, Ukhti Siss Okok .. :D

Assalammualaykum Wr Wb


-Matahari Utara-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Semua dan Segalanya

karena sejatinya manusia hadir dunia saling berpasangan. Itulah yang Allah beritahukan kepada manusia melalui Al-Qur'an. Bahwa setiap in...