Selasa, 12 Maret 2013

Menghindari Kritik Destruktif


Obat peredam kritik destruktif ialah menyibukkan diri dengan kekurangan dan hal negatif dalam diri sendiri.

Kritik merupakan perkara yang lumrah terjadi dalam interaksi antarsesama. 

Dan, tak jarang diperlukan sebagai upaya peringat an dan nasihat atas perilaku, tindakan, sikap, bahkan kebijakan, misalnya, yang dinilai tidak melenceng dari norma. 

Prof Murad bin Ahmad al-Qudsi, an-Naqdal-Haddam; madzhahiruhu, asbabuhu, ‘ilajuhu, mengatakan, tak semua bentuk kritik itu patut di sampaikan. 

Kategori kritik yang dianjurkan ialah kritik yang mengarah kepada kebaikan dan sarat dengan spirit positif. Sebaliknya, ada jenis kritik yang patut dihindari, yaitu bentuk kritik destruktif yang sarat dengan energi negatif dan cenderung merusak. 

Murad mengatakan ada beberapa in dikator kritik destruktif, seperti menyerang secara personal pihak yang dikritik. Kekurangan yang bisa jadi tidak berkorelasi langsung dengan kompetensinya: cacat fisik, misalnya, dijadikan sebagai amunisi yang jitu. 

Indikator lain, katanya, yakni menilai negatif seseorang tanpa ada bukti yang kuat, menghujat orang yang bersangkutan tanpa disertai dengan penilain objektif dan proporsional. Beberapa tanda kritik destruktif itu, bisa diketahui dan dibaca melalui seberapa besarkah kadar objektivitas penilaian seseorang.

Menurut Prof Murad, kritik tercela itu muncul akibat beberapa faktor, di antaranya kecemburuan sosial dan rasa dengki dari pengkritik. Ini didorong oleh nafsu dan amarah yang berkecamuk dalam diri pelaku kritik. Tak mudah memang menekan emosi dan sentimen melihat mereka memiliki kelebihan.

Penyebab pemicu kritik destruktif lainnya, yakni fanatisme berlebihan terhadap tokoh, tradisi, atau pandangan. Padahal, semua perkara yang diyakininya tersebut belum tentu atau bahkan sudah benar sekalipun. 
Sahabat Nabi SAW, Abdullah bin Mas’ud, mengatakan, tak ada istilah keteladanan atau panutan dari keburukan.

Faktor penyebab yang cukup sepele, tapi juga sangat berpengaruh ialah kurangnya produktivitas umat. 

Waktu yang tersedia, seringkali dilalui begitu saja tanpa memanfaatkannya secara optimal. Ini cukup melalaikan. 

Kekosongan aktivitas bisa menjerumuskan siapa pun melakukan hal yang kurang elok, termasuk melancarkan kritik ke sana kemari. 

Obat 

Prof Murad menawarkan beberapa solusi obat sebagai penawar agar seseorang bisa terhindar dari kritik destruktif. 

Obat yang pertama ialah pentingnya memberi pengertian kepada pihak yang memiliki kecenderungan menjadi “kritikus kosong” akan pentingya rasa takut kepada Allah SWT dan faidah menjaga lisan.

Bila ini bisa ditekankan, tiap orang yang hendak berbuat demikian akan berpikir lebih arif dan bijaksana. Ia akan merasa memiliki tanggung jawab dan konsekuensi atas segala ucapan dan tindakannya. 

Hadis riwayat al-Barra’ bin Azib menuturkan tentang bahaya pem bunuhan karakter. Perlakuan mencela dan menjatuhkan rival dengan tidak sportif diibartkan sebagai puncak praktik riba yang paling hina. 

Penawar selanjutnya ialah tetap bersikap objektif. Sekalipun, misalnya, ada ketidakcocokan terhadap orang yang dimaksud. 

Ini seperti dikuatkan oleh hadis Abu Hurairah. Riwayat tersebut menyerukan agar segenap Muslim, tak saling iri, boikot-memboikot, menebar kebencian, dan berpaling dari sesama. 
Menilai seseorang hendaknya tidak berlebihan dan tetap mengakui kelebihan yang dimiliki seseorang. 

Sebuah riwayat menyebutkan, Rasulullah mengakui kelebihan yang dimiliki oleh Utbah bin Rabiah. Saat itu, Utbah berada di barisan para musyrik di atas unta berwarna merah. 

Dalam konteks keilmuan dan pola interaksi dengan para ulama, Prof Murad menyarankan hendaknya tidak membenturkan pendapat tokoh yang masih sejawat. 

Ini penting, mengingat tak sedikit sesama mereka yang memiliki sentimen pribadi. Ada satu kaedah yang berlaku di kalangan ulama, yaitu pendapat teman sejawat itu dicerna, tapi tidak untuk dituturkan. 

Imamadz-Dzahabi pernah mengatakan, dalam tradisi ilmu pernyataan ulama sejawat tidak diperhitungkan. Apalagi, bila terindikasi kuat adanya sentimen, persaingan, perbedaan mazhab, atau akibat kedengkian. 

Sedikit sekali ulama yang selamat dari fitnah ini. Bahkan, saking banyaknya, adz-Dzahabi berandai-andai, jika didokumentasikan, niscaya akan menghabiskan jutaan lembar kertas. 

Tak kalah penting, prof Murad menekankan satu halyakni, resep paling mujarab untuk menghindari kritik destruktif ialah menyibukkan diri Anda denga kekurangan dan hal negatif yang bercokol dalam diri sendiri. 

Ini akan mengalihkan fokus dan konsentrasi untuk mengorek aib dan cela dari orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Semua dan Segalanya

karena sejatinya manusia hadir dunia saling berpasangan. Itulah yang Allah beritahukan kepada manusia melalui Al-Qur'an. Bahwa setiap in...